Saturday, February 26, 2011

Parade Bulan

bulan meredup pada pongahnya genderang istana sang pejabat yang menyuruh rakyat mematikan lampu tiap malam
Dulu waktu gubuk,
Mereka selalu tersenyum sembari berjanji melukiskan aku pada anak mereka, kenang bulan

Bulan mengedarkan pesonanya ke seluruh penjuru
Berlenggak-lenggok memamerkan tubuh setengah telanjang hasil kreasi seorang perancang ternama
Semua Bersorak!
Bulan bangga tanpa pernah mendengar bisik-bisik
(Sssst anak pejabat itu, pantas, pasti main belakang)

sudah lama sekali Bulan tidak datang bulan
sama seperti kebungkamannya; menatap kosong kearah bulan
Karena bulan mengerti
bulan tidak mencemoohnya
bulan tidak meludahinya
bulan terus berpijar

Ini bulan terakhir
Besok akan lahir manusia baru menemui dunia
Kalau saja semalam normalmu tidak datang sesaat untuk memutus nadimu

Ah, Bulan
Ingatkah kau berbinti “si pejabat tinggi negara”
Sama dengan anakmu

Bulan pahit, mati saat purnama bulan ini

JERAWAT

Dia tumbuh begitu cepat
Ketika semua dapat melihatnya,
Maka malu mengambil alih kendali
Kau takkan mau menampakkan wajah

Berbagai serangan pun di lancarkan
Dari yang canggih sampai tradisional
Padahal kemarin keluar pengumuman kita mahluk millenium

Namun dalih itupun keluar:
Karena sekarang globalisasi
maka
semua halal

Beri selamat pada globasasi
Atas keberhasilannya membuat kita lupa cara
menghargai kecantikan


(26 Agst 06 )

Kita adalah lumpur

Kita adalah Lumpur
Yang muncul pelan – pelan mengganas
Menghitamkan seluruh
Mulai dari pinggir hingga ke jalan tol

Ini bukan prosa yang dipenggal – penggal agar tampak seperti puisi
hanya cerita yang mencoba bertutur

Kita adalah Lumpur
menelan semua dalam hitam
melegalkan semua
sah! meski tahu salah

anehnya semua takut putih
malah asyik memuja
merapi yang siap meledak

Kita adalah Lumpur
Berhasil di picu, muncul mengotori sendiri

Dibelai Cinta

Aku, sore, dan hujan
...
Jangan ambil,
tiap oksigen yang masuk
dan keluar adalah puisi kehidupan


(26 Agustus 06 )

Wednesday, February 16, 2011

Contoh Proposal Metode Penelitian Kualitatif (Analisis Wacana Media Cetak)

“SIKAP SUARA MERDEKA TERHADAP ROB di SEMARANG”


Disusun Oleh :
Clara Novita Anggraini
D2C005145


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008

A. Latar Belakang

Global warming menjadi sebuah fenomena yang sering dibicarakan belakangan ini karena dampak yang ditimbulkannya mengancam kehidupan manusia di bumi. "GLOBAL warming means dark future", demikian pendapat para ilmuwan terkemuka yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) ketika merilis laporannya, April 2007 lalu (www.bluefame.com). Begitu urgentnya masalah ini sehingga muncul sebuah film dokumenter box office berjudul "An Inconvenient Truth", yang di buat oleh Al Gore, eks wapres AS, yang mengangkat soal global warming (pemanasan global), dan memenangkan dua penghargaan Oscar tahun 2006. Kemunculan film ini dikatakan sebagai penggebrak gerakan untuk tidak diam saja pada global warming. Ditambah konser akbar "Live Earth" yang digelar salah satunya oleh Al Gore di 8 negara, Juli 2007 lalu, dengan penampilan sekitar 150 musisi internasional ternama, membuat gaung keberadaan global warming semakin santer terdengar dan banyak diulas di media.
Tak ketinggalan, negara berkembang seperti Indonesia sendiri turut mendukung semakin parahnya global warming. Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan memacu industrialisme dan meningkatkan pola konsumsi masyarakat. Indonesia memiliki Industri karbon terbesar yaitu perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil), yang tidak lain adalah penghasil gas rumah kaca penyebab utama global warming. Dampak yang dirasakan Indonesia pun tidak sedikit, Indonesia tercatat pada rekor dunia ”Guinnes Record Of Book” sebagai negara yang tercepat
rusak hutannya (http://www.kimpraswil.go.id), selain itu banyaknya bencana yang belakangan menimpa Indonesia, sebut saja tsunami Aceh pada 2004, status awas Gunung Merapi Jogja 2006, dan banjir/rob di Jakarta Utara, Solo, serta Semarang saat ini.
Begitu dekat dampak global warming dalam keseharian kita, terutama rob di Kota Semarang. Berbagai efek ditimbulkan, terutama kegiatan ekonomi yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang menunjukkan, akibat abrasi, penurunan tanah, dan pemanasan global, sekitar 900 hektare tambak di Semarang rusak atau hilang dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Jika saat ini luas keseluruhan tambak 1.030,21 hektare, areal yang hilang telah mencapai hampir separuhnya. Banyak keluarga petani tambak yang kehilangan lapangan pekerjaaan putus sekolah dan beralih profesi menjadi buruh dengan keahlian yang sangat terbatas. Selain itu, beberapa desa pesisir di sekitar Semarang dan Demak berangsur-angsur tenggelam, diantaranya Desa Timbulsloko. Rob juga menggenangi jalan raya Semarang-Demak, sehingga memacetkan jalur pantura. Para pedagang di Pasar Johar juga seringkali harus merugi karena kawasan pasar yang tergenang rob. Secara umum, adanya rob menyebabkan kerusakan materi, seperti kerusakan infrastruktur, terganggunya aktivitas ekonomi, mempengaruhi dampak sosial serta moral masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Sudah selayaknya masyarakat peduli akan hal ini. Global warming yang mengancam keberlanjutan hidup manusia. Namun sayangnya, masih sangat sedikit yang mengerti dan peduli akan hal ini. Bahkan, penduduk yang menjadi korban, misalnya rob di Semarang, merasa bahwa banjir yang setiap hari menggenangi rumah mereka adalah bagian dari keseharian hidup mereka, karena sudah menjadi sebuah rutinitas. Upaya yang ditangani pemerintah dalam mengatasi banjir pun seringkali tidak efektif, karena seringkali solusi yang diberikan merupakan kebutuhan pemerintah, bukan kebutuhan masyarakat. Berbagai pembangunan terus dilakukan tanpa sadar telah menggunduli lahan-lahan serapan air. Bahkan rob seringkali hanya menjadi jualan politik para calon pilwalkot atau pilkada. Umbar janji merupakan hal yang biasa saat politikus mencari dukungan warga. Belum lama ini dapat kita lihat contohnya pada pilkada Jakarta 2007, dimana kedua calon menjanjikan akan mengatasi banjir di Jakarta jika terpilih menjadi gubernur. Adang Darajatun, yang mengambil tag line ”Jakarta Banjir Lagi? CAPE DEH” (http://toma-worldofbananas.blogspot.com/2007/08/fauzi-wibowo-vs-adang-daradjatun-battle.html) sebagai simbol janjinya untuk mengatasi masalah banjir Jakarta. Kemudian Fauzi Wibowo yang akhirnya terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta menjanjikan ”Jakarta yang lebih baik, semakin maju, aman, serta bebas banjir dan macet”. Namun sayangnya, belum begitu lama setelah kemenangannya, ketika didesak beberapa wartawan mengenai janji untuk mengatasi banjir Jakarta, sedikit mengelak, Fauzi menjawab “Tidak ada cara instan menyelesaikan masalah Jakarta” dalam sebuah dialog di salah satu stasiun TV swasta nasional (http://www.edo.web.id/wp/2007/11/02/republik-instan). Hal ini senada dengan janji Sukawi, wali kota Semarang saat ini, ketika kampanye pada pilwalkot Semarang 2004 yang menjanjikan penyelesaian masalah banjir akibat rob di kota Semarang. Namun pada kenyataannya, sampai saat ini tidak ada upaya serius dari pemerintahan Sukawi untuk mengatasi rob, yang terbukti dengan semakin parahnya rob dan hilangnya beberapa pesisir di sekitar Semarang, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Disinilah seharusnya peran media massa berada. Sebagai sarana komunikasi yang mempunyai fungsi edukasi; “Pada awalnya fungsi media adalah sebagai lembaga sosial yang mengedepankan kebutuhan masyarakat. Fungsi tersebut meliputi informasi, pendidikan, kontrol sosial dan hiburan hanyalah sebagai fungsi terakhir dari sekian banyak fungsi media massa.” ( AM Wibowo S.Sos, www.suaramerdeka.com, 2 November 2007). Media harusnya memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan apa yang diinginkan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat sangat membutuhkan solusi atas permasalahan yang di timbulkan oleh global warming, baik berupa bantuan fisik dan moril. Disinilah peran edukasi dan informasi media berjalan. Suara Merdeka, koran lokal dalam hal ini, cukup konsen terhadap permasalahan rob Semarang dalam pemberitaannya.
Carl I Hovland dalam situs yang sama mengungkapkan bahwa pengaruh media massa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat mempunyai andil dalam mengubah tingkah laku maupun psikologi manusia. Oleh karena itu kita mengenal teori jarum hipodermik atau magic bullet (peluru ajaib). Lewat fungsi edukasi media masyarakat akan paham dan peduli pada global warming serta mengambil sikap untuk melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap dampak yang telah dan akan terjadi. Di tambah lagi, seperti yang dipaparkan dalam sebuah artikel yang membahas mengenai fungsi media, media massa sebenarnya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari masyarakat. Dalam bahasa teori sistem sosial yang terus menerus dikembangkan di Jerman, fungsi media massa adalah memungkinkan pengamatan diri masyarakat (Marcinkowski 1993). Fungsi media massa sebenarnya bukan 'merekonstruksikan realitas sosial', sebagaimana ditulis oleh Ana Nadhya Abrar, pakar jurnalistik di Universitas Gadjah Mada (Abrar 1997). Dengan kata lain, media massa merupakan cermin kebaikan dan keburukan masyarakat, bukan mencerminkan (dalam arti meng- copy ) keadaan masyarakat. Media di Indonesia maupun di negara lain sama parahnya dengan keadaan masyarakat (www.kunci.or.id). Ketika kualitas suatu masyarakat buruk, maka begitu pula dengan medianya. Oleh karena itu, mengingat urgentnya masalah dampak yang ditimbulkan global warming bagi kelangsungan hidup manusia, sangat dibutuhkan peran aktif media untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap permasalahan global warming, khususnya masalah rob di Semarang. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap media mempunyai ”kepentingan” sesuai dengan ideologinya sendiri. Begitu juga dengan Suara Merdeka, sebagai koran lokal yang mencoba konsen terhadap permasalahan rob di Kota Semarang.
Media dan teks berita yang dihasilkannya memiliki posisi dan pandangan tersendiri menurut paradigma konstruksionis. Peter L. Berger menyebut realitas sebagai sesuatu yang tidak dibentuk secara ilmiah, tetapi ia dibentuk dan dikonstruksi. Realitas disini berwajah ganda, setiap individu dengan pengalaman, preferensi, pendidikan, lingkungan pergaulan atau sosial tertentu bisa memiliki penafsiran atas realitas sosial dengan konstruksi yang berbeda-beda. Dalam konteks berita, sebuah teks berita harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas dimana peristiwa yang sama sangat mungkin dikonstruksi secara berbeda. Wartawan sangat mungkin memiliki pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana mereka menkonstruksi peristiwa tersebut dan diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan konstruksi sosial merupakan produk interaksi wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi, wartawan dilanda oleh realitas, yang kemudian diamati dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi mengenai fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut.
Pandangan konstruksionis memiliki penilaian tersendiri dalam melihat media, wartawan, dan berita. Penilaian tersebut antara lain:
Pertama, fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas hadir karena dipresentasikan oleh konsep subjektif wartawan, yang tercipta melalui konstruksi dan pandangan tertentu. Menurut Herbert J. Gans, realitas dapat beraneka rupa, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda. Pikiran dan konsepsi kitalah yang membentuk dan mengkreasikan fakta, sehingga bisa jadi fakta yang sama menghasilkan fakta yang bereda-beda ketika ia dilihat dan dipahami dengan cara yang berbeda.
Selanjutnya pandangan konstruksionis menyebut media sebagai agen konstruksi. Media sangat berperan dalam membentuk realitas. Ia bukan sekadar saluran yang bebas, tapi ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Berita yang dihadirkan media bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Media memilih realitas mana yang diambil dan mana yang ditinggalkan. Media juga menyeleksi siapa-siapa saja yang menjadi sumber berita dan dalam kapasitas apa ia berperan sebagai sumber berita. Media bukan hanya sebagai media lalu lintas pesan dimana masing-masing aktor saling berdiskusi dan berinteraksi, tapi ikut pula berperan dalam menentukan siapa yang boleh dan berhak bicara serta untuk apa seseorang berbicara.
Ketiga, pandangan konstruksionis menilai berita sebagai konstruksi dari realitas. Berita ibarat sebuah drama, ia adalah potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita bukanlah cermin dari realitas, melainkan hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideology, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Pemahaman dan pemaknaan atas fakta mempengaruhi bagaimana realitas dapat dijadikan sebuah berita. Proses pemaknaan ini selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita dikatakan sebagai cermin dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena cara melihat yang berbeda tersebut.
Keempat, berita dinilai bersifat subjektif. Sebagai produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas, maka opini tidak dapat dihilangkan. Konstruksi dan pemaknaan wartawan sarat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. Penempatan sumber berita yang lebih menonjol dibandingkan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, meliput hanya dari satu sisi, tidak berimbang dan secara nyata memihak satu kelompok, dinilai sebagai bagian dari praktik jurnalistik yang sah.
Kelima, pandangan konstruksionis melabelkan wartawan sebagai agen konstruksi realitas, bukan pelapor. Dalam memindahkan realitas ke dalam berita, wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya karena ia sendiri adalah bagian intrinsic dalam pembentukan berita tersebut. Realitas bersifat subjektif, yang terbentuk melalui pemahaman dan pemaknaan subjektif dari wartawan. Menurut Judith Lichtenberg, realitas hasil konstruksi itu selalu terbentuk melalui konsep dan kategori yang kita buat, kita tidak bisa melihat dunia tanpa kategori dan tanpa konsep. Hal ini berarti, apabila seorang wartawan menulis berita, ia sebetulnya membuat dan membentuk dunia, membentuk realitas. Dalam konsepsi konstruksionis, wartawan tidak mungkin membuat jarak dengan objek yang hendak ia liput. Ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan menuliskannya, ia secara sengaja atau tidak menggunakan dimensi perseptuilnya ketika memahami masalah. Dengan begitu, realitas yang kompleks dan tidak beraturan ditulis dan dipahami, dan untuk semua proses itu melibatkan konsepsi, melibatkan pemahaman yang mau tidak mau sukar dilepaskan dari unsur subjektifitas. Realitas yang terbentuk dalam pemberitaan adalah transaksi antara wartawan dengan sumber dan lingkungan sosial yang membentuknya. Water Lippman menyatakan bahwa dalam proses kerjanya wartawan bukan sekedar melihat kemudian menyimpulkan dan menulis, tetapi lebih sering terjadi adalah menyimpulkan kemudian melihat fakta apa yang ingin dikumpulkan di lapangan. Wartawan memilih mana fakta yang diperlukan dan mana yang tidak. (Eriyanto,2002)

B. Rumusan Masalah

Akibat global warming, diperkirakan terjadi kenaikan muka air laut 50 cm pada tahun 2100 (IPCC, 1992). Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, peningkatan muka air laut (Sea Level Rise) akan membawa dampak negatif yang cukup signifikan, seperti : tenggelamnya permukiman dan prasarana wilayah, lahan pertanian, tambak, resort wisata, dan pelabuhan. Diproyeksikan 3.306.215 penduduk akan menghadapi masalah pada tahun 2070. Lima kota pantai (Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar) akan menghadapi masalah serius karena kenaikan muka air laut setinggi 60 cm (ADB, 1994).
Inilah yang sedang terjadi di Semarang. Rob (naiknya permukaan air laut) cukup mengancam kelangsungan hidup warganya dari berbagai aspek. Walaupun rob adalah fenomena yang bersifat alami, tetapi meminimalisasi dampak merupakan upaya yang dapat dilaksanakan dalam berbagai wujud kegiatan. Sudah selayaknya kita memberi perhatian yang khusus terhadap dampak serius yang ditimbulkan rob. Sayangnya, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, sedikit sekali orang-orang yang mau peduli dan mengerti akan masalah rob, padahal aktifitas manusia adalah penyebab utama semakin parahnya global warming yang mengakibatkan rob.
Salah satu alternatif yang sangat efektif untuk mengkomunikasikan urgentnya global warming adalah melalui media. Fungsi edukasi media harusnya dapat berjalan disini. Mengingat dampak global warming sangat dekat dengan masyarakat Semarang. Selain itu, upaya yang dilakukan pemerintah nyata tidak bisa menjadi solusi, seringkali rob hanya dimanfaatkan untuk ”jualan politik” sewaktu berkampanye. Suara Merdeka, sebagai koran lokal yang konsen menyoroti masalah ini, bagaimana menyikapinya? Apa konstruksi sosial yang coba dibangunnya? Dan mengapa melakukannya? Untuk itulah penulis mengambil judul “Sikap Suara Merdeka terhadap Rob di Semarang”.

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap konstruksi peran serta Suara Merdeka terhadap rob di Semarang dalam pemberitaannya.

D. Kerangka Teori
a. Agenda setting
Menyatakan bahwa media massa, dengan memperhatikan pada beberapa isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan mempengaruhi opini publik. Orang cenderung mengetahui tentang hal-hal yang disajikan oleh media massa dan menerima susunan prioritas yang ditetapkan media massa terhadap berbagai issu tersebut. Agenda setting menghidupkan kembali model jarum hipodemik, dengan pergeseran focus dari efek pada sikap dan pendapat kepada efek kesadaran dan efek pengetahuan. Asumsi dasar teori ini menurut Cohen (dalam Ardianto dan Ardinaya, 2005) adalah membentuk persepsi khalayak tentang apa yang di danggap penting. Dengan tehnik pemilihan dan penonjolan, media memberikan test case tentang isu apa yang lebih penting (betty-soemirat dalam ardianto-ardinaya, 2005).
Asumsi model agenda setting ini mudah untuk di uji. Dasar pemikirannya adalah diantara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang lebih mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan jadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media massa. Oleh karena itu, model agenda setting menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media massa pada suatu persoalan yang diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Dengan kata lain, apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting oleh khalayak. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.
Efek dari model agenda setting terdiri atas efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan apakah isu itu ada atau tidak ada dalam khalayak, dari semua isu, mana yang dianggap paling penting oleh halayak, sedangkan efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan seperti memilih kontestan pemilu atau aksi protes.

b. Analisis framing
Analisi framing mengkaji representasi sosial yang dikemukakan media untuk mengetahui realitas apa saja yang dipilih oleh suatu media, bagaimana media melibatkan, menonjolkan, menyembunyikan, dan menghilangkan suatu realitas sosial, serta mengapa media melakukan semuanya.
Proses analisis ini dibagi menjadi empat bagian:
1. Frame Bulding (Bangunan Bingkai/Frame)
Studi-studi ini mencakup tentang dampak faktor-faktor seperti pengendalian diri terhadap organisasi, nilai-nilai profesional dari wartawan, atau harapan terhadap audiens terhadap bentuk dan isi berita. Meskipun demikian, studi ini belum mampu menjawab bagaimanakah media dibentuk atau tipe pandangan/analisis yang dibentuk dari proses ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses yang mampu memberikan pengaruhnya terhadap kreasi atau perubahan analisa dan penulisan yang diterapkan oleh wartawan.
Frame building meliputi kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi sistem media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu mempengaruhi penulisan sebuah berita terhadap peristiwa. Gans, Shoemaker, dan Reeses menyarankan minimal harus ada tiga sumber-sumber pengaruh yang potensial. Pengaruh pertama adalah pengaruh wartawan. Bentuk analisa wartawan dalam menulis sebuah fenomena sangat dipengaruhi oleh varibel-variabel, seperti ideologi, perilaku, norma-norma profesional, dan akhirnya lebih mencirikan jalan wartawan dalam mengulas berita.
Faktor kedua yang mempengaruhi penulisan berita adalah pemilihan pendekatan yang digunakan wartwan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi dari tipe dan orientasi politik, atau yang disebut sebagai “rutinitas organisasi”.
Faktor ketiga adalah pengaruh dari sumber-sumber eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas.

2. Frame setting (Pengkondisian Framing)
Frame setting didasarkan pada proses identifikasi yang sangat penting. Frame setting termasuk dalam salah satu aspek agenda setting. perbedaannya, agenda setting lebih kepada isu-isu yang penting. Sedangkan frame setting, agenda setting tingkat kedua, lebih menekankan pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari agenda setting adalah tarnsmisi objek yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut yang penting.

3. Individual-Level Effect of Framing (Tingkat Efek Framing terhadap Individu)
Tingkat pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk beberapa variabel perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya dengan menggunakan black-box model (model kotak hitam). Studi ini terfokus pada input dan output, dan dalam kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan variabel-variabel kunci diabaikan.
Kebanyakan penelitian melakukan percobaan pada nilai keluaran framing tingkat individu. Meskipun telah memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan berita di media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya, studi ini tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua variabel dihubungkan satu sama lain.

4. Journalist as Audience (Wartawan sebagai Pendengar)
Wartawan diharapkan sebaiknya dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca agar ada timbal balik ide, sehingga analisa wartawan tidak dianggap paling benar dan tidak ada kelemahan.

c. Analisis wacana kritis
Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk di analisis, tetapi bahasa yang dianalisis disini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks disini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik kekuasaan.
Menurut Fairclough dan Wodak (dalam Eriyanto, 2006), analisis wacana kritis melihat wacana-pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan –sebagai bentuk dari praktik social. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideology: ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas, melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi social yang ditampilkan. Melalui wacana, sebagai contoh, keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan dari kehidupan social dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran,/alamiah, dan memang seperti itu kenyataanya. Analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Berikut karakteristik penting dari analisis wacana kritis:
1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Dengan pemahaman semacam ini, ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi, dan sebagainya. Seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil.kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali atau diekspresikan sesuai kesadaran.

2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks seperti wacana seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi.wacana disini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Menurut Guy Cook (dalam Eriyanto, 2006), analisis wacana juga memeriksa dari konteks komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak.

3. Histories
Menempatkan wacana dalam konteks social tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Oleh karena itu pada waktu melakukan analisi perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau di kembangkan seperti itu, dan seterusnya.

4. Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Disini, tiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. Analisis wacana krisis tidak membatasi dirinya pada detail teks dan atau struktur wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dengan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu.

5. Ideology
Ideology juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini kerena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideology atau pencerminan dari ideology tertentu. Teori-teori klasik tentang ideology diantaranya mengatakan bahwa ideology di bangun oleh kelompok dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan memepersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.
E. Metodologi Penelitian
a) Metodologi penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis framing, yaitu mengkaji representasi sosial yang dikemukakan media untuk mengetahui realitas apa saja yang dipilih oleh suatu media, bagaimana media melibatkan, menonjolkan, menyembunyikan, dan menghilangkan suatu realitas sosial, serta mengapa media melakukannya.

b) Teknik pengumpulan data
Teknik penelitian yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan telaah pustaka.
1. Wawancara
mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada subjek penelitian.
2. Metode Pengamatan
Mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.
3. Dokumen
Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, koran, dan lain-lain.


Note:
Copy Paste tanpa menyebutkan sumber adalah plagiat (menurut UU denda 200 juta rupiah dan atau 2 tahun hukuman penjara). Pakailah contoh ini hanya sebagai contoh untuk dipelajari pola penulisan atau ditelusuri sumber ilmiahnya, jangan di copy paste! Jika ada yang menyalahgunakan termasuk plagiat pada tulisan Saya, tidak akan berkah, Anda akan mengalami kerugian yang lebih besar. Camkan itu. Selamat belajar hidup :)


#literasimediaclara



Daftar Pustaka

Pemanasan Global, Tragedi Peradaban Modern, http://www.walhi.or.id, 5 Juni 2006
Mufid A. Busyairi, Global Warming dan Keamanan Pangan Indonesia, http://www.tempointeraktif.co.id ,Selasa, 15 Mei 2007
Menteri Kimpraswil, http://www.kimpraswil.go.id, Kompas 8 Agustus 2002
AM Wibowo S.Sos, www.suaramerdeka.com, 2 November 2007
Rubrik kampus, pikiran rakyat, www.bluefame.com, 6 sept' 07

www.kunci.or.id

www.loenpia.com

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. 2002. Yogyakarta: LkiS

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. 2006. Yogyakarta: LkiS

Ardianto, Drs. Elvinaro - Erdinaya, Dra. Lukiati Komala. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. 2005. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media

Tuesday, February 15, 2011

Pupus

dan cintaku berlalu begitu saja
didepan mata:
hampa!

Overload

Kenapa perempuan harus didominasi oleh perasaan?
Kenapa kejujuran kadang tidak menyenangkan?
Kenapa saat ada yang menyadarkan kembali pada kenyataan selalu menyakitkan?
Kenapa perasaan yang tergilas selintas membuat harimu menjadi berantakan?
Kenapa disetiap jengkal hidup ini harus ada pertanyaan kenapa?
Kenapa tidak semua orang bisa menerima perbedaan?
Kenapa orang harus bersikap menolak terhadap sesuatu yang tidak biasa baginya yang bukan dosa?
Kenapa kita harus merasa bersalah ketika menjadi berbeda dengan orang lain padahal yang kita lakukan dalam batas syar’i?
Kenapa…
Kenapa kita memikirkan alternatif yang salah ketika menghadapi kenyataan yang tidak seindah kita bayangkan.
Kenapa kita bisa berpikir terlalu jauh ketika kita sedang gundah.
Kenapa pikiran kita membawa kita pada apa yang akan terjadi?
Kenapa begitu…
sementara…
semua dongeng berakhir dengan tiga kata:
HAPPILY EVER AFTER.

(Plb, 15 Feb 11, 01.21 morning)

Sunday, February 13, 2011

Malam tiba merayu kelam
Meski sama mencekam
Kuyakinkan tak kan ada yg membawamu tenggelam
Bukan karena alam meredam
Sedang mentari diam tertegun dalam

Plb, 030211

Seloka Brahmana

Jangan berlagu, kata Brahmana
Aku ingin melihat teduhmu dalam temaram saja
Shinta tergugu
Roman baginya adalah Rama
Durjana itu, betapapun melantunnya, bukanlah nuansa…

Palembang, 020211, 02:12

Kisah dan roti

Aku dan roti
Sama-sama mati
Dalam diam kami menikmati
Terhanyutnya sisa-sisa hati
Menyakini satu bait saja dalam puisi hayati
Bahwa Hanya ada satu hal yang pasti
Segera kutelan roti
Setidaknya, kujadiakan dia berarti
Bagi seseorang yang menunggu mati
Setelah detak ditusuknya dengan belati
Menuju peraduan pasti
Dan sejati
Dan sejati
Meski mengingkar kodrati

STRATEGI KOMUNIKASI KAMPANYE PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PADA PEMILIHAN UMUM 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam masa Pemilu 2009 kemarin, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh beberapa kontroversi yang ditimbulkan Partai Keadilan Sejahtera melalui cara-cara kampanye politik yang dilakukannya. Dimulai dari keaktifannya dalam mengawal isu agresi militer Israel ke Palestina dengan mengadakan istighosah yang hampir diikuti seluruh kadernya di kota-kota besar. Hal ini sangat mengundang perhatian, terutama ketika bendera partai bernomor delapan ini ikut menjadi atribut dalam aksi sosial yang dilakukannya.
Kemudian dalam iklan versi sumpah pemudanya partai ini kembali menuai kontroversi. Sejumlah tokoh nasional ditampilkan dalam iklan ini: Soekarno, KH Hasyim Asyari, dan KH Ahmad Dahlan. Iklan itu menuai gugatan dari NU dan Muhammadiyah yang merasa icon-nya di ambil. (Iklan PKS Dipersoalkan, www.liputan6.com, 31/10/2008 18:23 – PKS)
Selanjutnya dalam rangka memperingati hari pahlawan PKS kembali mengeluarkan iklan dengan tag line: “Terima Kasih Guru Bangsa, Terima Kasih Pahlawan, Kami Akan Melanjutkan Langkah Bersama PKS”. Dalam iklan ini PKS memunculkan foto-foto tokoh penting. Mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Ahmad Dahlan, Hasyim Asyari, Muhammad Natsir, Muhammad Hatta, Jenderal Sudirman, dan Bung Tomo. Kemunculan sosok Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa dalam iklan ini mengundang sejumlah gugatan.
Pengamat politik menilai iklan yang mencomot gambar Soeharto ini sebagai langkah strategis mendulang suara di Pemilu nanti. Sementara Praktisi periklanan menganggap iklan PKS sebagai manuver politik yang jitu: "Mereka (PKS) cerdas memanfaatkan suatu yang tak dilirik sama partai lain," kata Ndang Sutisna, praktisi periklanan. ”Sosok mantan penguasa orde baru ini memang sarat muatan politik. Namun semakin sering iklan PKS diperbincangkan semakin banyak partai yang berlandaskan Islam ini menangguk keuntungan dengan segala pro dan kontra di balik sosok Soeharto”. (Iklan PKS Kembali Menuai Kontroversi, www.liputan6.com, 3/11/2008 06:35 – PKS)
”Hanya dengan durasi iklan yang tak sampai 30 detik dan waktu penayangan yang cuma 3 hari, ditambah pula dengan waktu penayangan yang bukan pada saat prime time, namun mampu untuk menarik perhatian segala lapisan masyarakat bahkan hingga satu bulan lamanya. Tidak hanya itu, beberapa stasiun televisi mengadakan dialog yang khusus membahas iklan tersebut. Sedangkan ditinjau dari segi biaya, iklan PKS termasuk iklan yang membutuhkan paling sedikit biaya (Rp. 1-2 Miliar) jika dibandingkan dengan iklan-iklan dari parpol lainnya” (http://inilah.com/berita/citizen-journalis/ 2009/02/19/84761/pks-penuh-manuver/, Jumat, 20/02/2009 06:16:52).
Dalam dunia pemasaran, bentuk promosi yang kontroversial sebetulnya merupakan salah satu cara paling efektif dan tentu saja efisien dalam memperkenalkan suatu produk (partai dalam hal ini). “If you want to be popular, you have to be controversial”. Dikatakan efektif karena mampu mengundang atensi publik secara berlebihan, dan efisien karena biasanya cost yang dikeluarkan relatif kecil. Salah satu strategi persuasi dalam kampanye adalah mengajak khalayak untuk berpikir. Sebuah pesan dapat membawa perubahan perilaku jika dapat memunculkan pemikiran positif dalam diri khalayak (Venus, 2007: 45). Melalui kontroversinya, PKS mengajak khalayak sasarannya untuk berpikir dan terlibat dalam kampanye secara langsung. Meskipun ada yang kontra, tetapi tidak sedikit pula yang memandang positif terhadap iklan-iklan ini.
Selain itu, PKS merupakan partai yang paling banyak mencalonkan Caleg perempuan. Dalam urutan nomor setiap Caleg daerah, salah satu dari urutan lima besar diharuskan minimal satu Caleg perempuan. Dan cara penokohan Caleg perempuan ini pun terbilang unik, di Palembang, salah satu caranya adalah dengan melakukan penganugrahan penghargaan pada Caleg-Caleg perempuan ini berdasarkan prestasi yang dimilikinya: ”DPW PKS Sumsel Pilih 8 Inspiring Women”. Pemilihan jumlah angka 8 orang wanita ini juga berdasarkan pada nomor urut PKS sebagai partai peserta Pemilu. (http://www.detiknews.com/read/2008/12/20/203430/1057046/10/dpw-pks-sumsel-pilih-8-inspiring-women).
Partai Keadilan Sejahtera termasuk salah satu partai yang kreatif dalam strategi kampanyenya. Ia menjadi pelopor dalam penggunaan telepon seluler sebagai media kampanye. NSP, Nada Sambung Pribadi dengan lagu kampanye PKS (www.pks.com: Jumat, 27/03/2009 15:13:11). Selanjutnya, kader-kader PKS juga berkampanye langsung ke masyarakat melalui program ketuk 1000 pintunya, yang tidak hanya dilakukan ketika moment kampanye tiba. Kader-kader PKS turun langsung menemui masyarakat untuk memperkenalkan partai dan calon legislatif yang di usung. Hal ini dilakukan dengan sangat rapih. Kader-kader PKS di Palembang misalnya, membagi wilayah dan SDM berdasarkan Dapil untuk melaksanakan ketuk 1000 pintu ini. Tidak hanya sekedar menempelkan stiker di pintu, kader-kader PKS melakukan pendekatan personal dan mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial yang rutin dilakukan PKS: pengobatan gratis dan imunisasi untuk anak-anak. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa kampanye yang dilakukan PKS adalah kampanye komunikatif yang berorientasi pada khalayak dan menekankan pentingnya interaksi dan dialog dengan khalayak sasaran (Venus, 2007: 27). Tidak heran jika basis massa PKS yang terbentuk adalah basis massa yang solid.
Terbukti pada aksi memutihkan Palembang pada 3 April 2009 lalu, yang juga berlangsung sukses di kota-kota besar lainnya. Kampanye terbuka yang saat ini dinilai tidak lagi ramai dan efektif berhasil di patahkan partai ini. Sekadar tambahan, kampanye terbuka di Lapangan Parkir Bumi Sriwijaya ini sekaligus menjadi ajang penggalangan dana untuk bencana Situ Gintung. Gerakan sosial yang hampir selalu mewarnai kegiatan kampanye partai ini. Disamping itu, tema yang diambil agak berbeda dengan partai lainnya: ”Hadirkan DPR dan DPRD yang bersih”(Harian Umum Kompas, Senin, 30 Maret 2009). Harian di daerah tersebut menuliskan: ”Kampanye PKS Sumsel Usung Isu Anti Korupsi Palembang”. Dalam orasinya beberapa tokoh-tokoh PKS di Sumsel mengemukakan kondisi kerusakan jalan di daerahnya yang terus berlanjut antara lain akibat pelaksanaan proyek pembangunan fisik yang tidak optimal dan terjadi korupsi di dalamnya. (ANTARA News, http://www.antara.co.id/print/1237935408, Rabu, 25 Maret 2009 05:56 WIB)
PKS memang selalu berbeda, jika kita perhatikan dengan saksama, di semua iklannya PKS tak pernah memberikan janji ataupun iming-iming kepada masyarakat yang menjadi target pasarnya. Hal ini tentu saja berbeda dengan iklan-iklan parpol lain yang cenderung mengiming-imingi sesuatu kepada masyarakat, seperti sembako murah, perbaikan ekonomi, perbaikan nasib petani, dan lain sebagainya.
PKS sangat cermat dalam melakukan setiap gerakan kampanye yang dilakukannya. Kampanye Terbuka/Rapat Umum di kota Palembang misalnya, dilaksanakan agak berbeda dengan kampanye terbuka partai lainnya. Konsep yang digunakan adalah kesederhanaan. Hiburan dalam kampanye terbuka ini diisi oleh tim nasyid lokal dan nasional, bukan artis Ibu Kota terkenal. Orasi politik disampaikan langsung oleh Hidayat Nur Wahid yang sebelumnya keliling Kota Palembang dengan menggunakan bajaj. Konvoi bajaj ini dimaksudkan untuk memasyarakatkan kendaraan rakyat ini di kota Palembang. Konsep panggung dibuat lesehan, sehingga para Caleg dan tokoh yang hadir besama-sama duduk di lantai panggung, hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa CAD PKS mau dan mampu untuk duduk bersama-sama dengan rakyat. Tag line yang diambil adalah ”Bersama PKS Bersihkan Palembang” (http://www.antara.co.id/ view/?i=, Rabu, 25 Maret 2009 05:56 WIB).
Kampanye terbuka dimulai pada 16 Maret 2009. Dalam pemilihan media kampanye, media massa masih menjadi yang terfavorit. Mulai dari baliho, media cetak, radio, dan televisi. Tidak ketinggalan juga media baru internet. Face book yang sedang in dikalangan anak muda ikut dimanfaatkan. Berbagai macam strategi kampanye dilakukan. Ditambah lagi, cara-cara lama seperti kampanye terbuka memerlukan biaya yang tidak sedikit. Rapat terbuka yang biasanya ramai dilakukan dilapangan kebanggaan ibu kota provinsi, sudah jarang terlihat. Kalaupun ada, tidak seramai kampanye-kampanye pada Pemilu terdahulu.
Kampanye terbuka saat ini dinilai tidak lagi efektif: “Makna kampanye terbuka memang untuk memperkenalkan lebih dekat atas sebuah parpol kepada masyarakat. Namun apabila kampanye terbuka ini dijadikan ajang untuk mengubah persepsi dan mempengaruhi masyarakat untuk memilih parpol tertentu, maka menjadi tidak efektif. Saat ini masyarakat cenderung bersikap pragmatis sehingga sangat tidak efektif bila parpol mengharapkan perolehan suara meningkat hanya dengan melakukan kampanye terbuka. Massa hanya memanfaatkan moment Pemilu untuk memperoleh beragam macam barang dan fasilitas partai seperti kaos, topi, layanan pengobatan gratis, pasar murah, bahkan uang. Ketidakefektifan kampanye terbuka juga dapat dilihat saat memobilisasi massa dalam jumlah besar. Pesan-pesan partai kemungkinan besar tidak tersampaikan karena mereka hanya ingin berhura-hura melepas semua kejenuhan dan rutinitas sehari-hari. Idealnya parpol menyampaikan visi dan misi yang jelas kepada masyarakat, sayangnya masih banyak yang suka pengerahan massa. Padahal waktu sangat mepet sehingga untuk menyampaikan misi dan visi terlalu pendek”. (Suswanta dalam artikel ”Kampanye Terbuka Dinilai Tidak Efektif”, Suara Merdeka, Jumat, 27 Maret 2009). Karena itu dapat dimengerti jika PKS menyentuh lini-lini yang tidak biasa dalam kampanyenya. Partai-partai politik dituntut untuk melakukan komunikasi yang efektif ke khalayak sasarannya untuk mencapai tujuan dalam Pemilu.
Firmanzah, dalam bukunya Marketing Politik menyebutkan bahwa ada dua jenis kampanye, yaitu kampanye Pemilu yang hanya dilakukan menjelang Pemilu dan kampanye politik yang sifatnya jangka panjang dan terus menerus (2008: 275). PKS melakukan jenis kampanye yang kedua, yang sifatnya jangka panjang dan terus-menerus.
PKS merupakan partai yang cukup fenomenal. Satu tahun diawal kemunculannya, partai ini mampu menduduki peringkat ketujuh pada Pemilu 1999. Dalam Pemilu 2004, PKS kembali membuat kejutan dengan menduduki peringkat ketiga dengan mengalahkan partai-partai islam besar pemain lama seperti PKB(Partai Kebangkitan Bangsa), PAN(Partai Amanat Nasional), dan PPP(Partai Persatuan Pembangunan). Dari 459 Pilkada Kabupaten/Kota sepanjang tahun 2005-2009, PKS mampu memenangkan 76 calon yang diusungnya untuk duduk sebagai kepala daerah. (Peta Politik Harian Umum Kompas, Selasa, 24 Maret 2009)
Pelan tapi pasti partai ini terus memperpanjang basis massanya yang solid. Dalam sebuah penelitian strategi kampanye PKS DPW Jakarta pada Pemilu 2004 yang telah dilakukan sebelumnya (abstrak.jsp.htm), hasil penelitian menunjukkan, strategi yang membuat PKS unggul di Jakarta terdiri dalam lima tahap diantaranya : strategi diawali dengan melakukan penelitian terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan perumusan strategi (tahap pra kampanye), kemudian strategi dilanjutkan dengan melakukan kegiatan direct selling, bazar, pawai (tahap kampanye), strategi selanjutnya adalah pelatihan saksi intelektual (tahap minggu tenang), terakhir strategi yang diterapkan oleh DPW PKS Jakarta adalah melakukan pengawasan pada saat pemungutan suara melalui saksi-saksi mereka yang ditempatkan diseluruh TPS serta turut melakukan penghitungan suara internal dengan sistem quick count (tahap pemungutan dan penghitungan suara). Strategi ini menunjukkan bahwa dalam Pemilu 2004, DPW PKS Jakarta melakukan praktik manajemen kampanye dengan baik. Hal ini terlihat dari tahapan-tahapan yang dilakukan: perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.
Kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu (Gudykunts & Mody, 2002 dalam Venus, 2007: 8). Melalui media, kampanye adalah alat partai untuk mencapai tujuannya memenangkan Pemilu 2009, dengan meraih simpati masyarakat untuk mencontreng partainya. Masih dalam buku yang sama, Venus menjelaskan salah satu jenis kampanye adalah candidate-oriented campaigns atau disebut juga dengan political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum (2007: 11). Untuk mencapainya, di tengah persaingan yang begitu ketat, partai-partai ini harus mampu bertanding sekreatif mungkin.
Diperlukan strategi dalam berkampanye untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kampanye untuk mempersuasi mayarakat. Pesan yang disampaikan juga harus disesuaikan dengan khalayak sasaran yang dituju. Walaupun mendapat arahan kampanye secara terpusat, seperti kampanye terbuka yang dilakukan di Palembang dengan konsep ”sederhana”, pelaksanaan kampanye PKS membutuhkan penyesuaian ketika diterapkan di daerah-daerah. Tujuan utama dari pesan politik adalah menggerakkan masyarakat. Hal ini tidak akan tercapai tanpa adanya isu politik yang benar-benar mencerminkan kondisi masyarakat (Firmanzah, 2008: 262). Selain itu, demokrasi merupakan salah satu sistem yang sengaja dipilih untuk mengakomodasi aspirasi politik yang menuntut keterlibatan sebanyak mungkin warga negara disatu sisi, sementara disisi lain, proses untuk bisa menyentuh partisipasi seluruh warga itu akan bergantung pada fasilitas informasi dan komunikasi yang memungkinkan satu sama lain dapat berinteraksi (Muhtadi, 2008: 4).

B. Perumusan Masalah
Tidak mudah mengarahkan pilihan masyarakat dalam Pemilu. 38 partai peserta yang semakin berwarna harus membuat strategi komunikasi kampanye yang kreatif dan berbeda dalam berkompetisi. Tidak heran jika ditemukan banyak cara-cara baru dalam berkampanye. Meskipun semua bentuk kampanye dilakukan untuk satu tujuan yang sama, yaitu mempromosikan partai politik yang bersangkutan, agar masyarakat dapat terbujuk untuk mengalihkan pilihannya pada partai politik tersebut.
Dalam kampanye Pemilu 2009 PKS menjalankan banyak strategi dalam komunikasi kampanyenya, mulai dari iklan televisi sampai dengan mendatangi rumah warga satu per satu untuk mempersuasi masyarakat. Hal ini berbuah manis, target minimal PKS tercapai. Dalam perolehan suara di kota Palembang PKS menempati peringkat ke-4 dan mendapatkan satu kursi di setiap Dapil, serta menduduki kursi wakil ketua DPRD. Dalam akumulasi nasional, terjadi peningkatan suara menjadi 8,12% saat ini. Walaupun peningkatan akumulasi suara sedikit, hal ini bertentangan dengan analisa pakar politik yang memprediksi suara PKS tidak akan bertambah dari Pemilu sebelumnya (sekitar 7%). Hal ini menjadi tidak biasa karena potensi pemilih masyarakat Kota Palembang yang dapat berubah lebih dari 50 % terhadap partai pilihan sebelumnya (www.cpss-indonesia.com).
Lalu, bagaimanakah sebenarnya strategi kampanye yang dijalankan PKS, bagaimana strategi komunikasi dalam kampanye PKS dilakukan? Onong Uchjana Effendy membagi strategi komunikasi ini menjadi dua bagian yaitu perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi (2006: 32). Bagaimana perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi yang dilakukan dalam kampanye PKS pada Pemilu 2009 untuk menarik simpati masyarakat hingga mencapai perolehan suara yang ditargetkan?

C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan kajian, menguraikan, dan menjelaskan strategi komunikasi kampanye politik PKS Palembang dalam Pemilu 2009.

D. Metodologi Pelaksanaan Program
Penelitian terdiri dari kegiatan pengumpulan data, analisis data, pembahasan, dan penulisan laporan. Semua kegiatan penelitian ini dilakukan dengan metodologi:

1. Metodologi Penelitian
Pendekatan metodologi dalam penelitian ini termasuk kategori kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, mendeskripsikan data tanpa mengoperasionalisasi konsep atau menguji konsep pada realitas yang diteliti (Kriyantono, 2008: 65-67). Riset deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian (Simamora, 2004: 107). Penelitian ini menggambarkan dan menguraikan strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009.

2. Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, sebagai pelaku, PKS adalah subjek dari penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, kebijakan kampanye terpusat PKS harus disesuaikan kembali dengan latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di daerah masing-masing. Tim Pemenangan Pemilu Daerah diharuskan melakukan inovasi dalam melakukan strategi komunikasi di daerah masing-masing. Dari sekian banyak strategi komunikasi kampanye yang dilaksanakan, hanya tiga kegiatan yang dikoordinasi Tim Pemenangan Pemilu Nasional, yaitu iklan televisi, iklan radio, dan nada sambung pribadi. Hal ini disebabkan oleh latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di Indonesia yang sangat beragam.
Dari 5 besar perolehan suara PKS, Palembang tercatat sebagai satu-satunya daerah di luar pulau Jawa, setelah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta (www.pks.com). Tidak seperti Jawa Tengah yang dengan basis massa yang nasionalis, atau massa Jawa Barat yang agamis, latar belakang politik Palembang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan cukup dinamis. Dipimpin oleh Walikota yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Gubernur Sumatera Selatan dari Partai Golkar, membuat keberpihakan masyarakat Palembang terhadap partai politik susah diidentifikasikan. Dalam survei yang dilakukan oleh Centre for Policy and Strategic Studies (www.cpss-indonesia.com) mengenai derajat kemungkinan perubahan atas pilihan partai politik saat Pemilu 2009, didapat hasil sebagai berikut: PDIP 60,5%, Demokrat 54,7%, Golkar 58,8%, PKS 59,6%, PAN 62,2%, PKB 63,3%, dan PNI Marhaenisme 59,3%. Masing-masing partai mempunyai kemungkinan lebih dari 50% untuk tidak dipilih lagi. Dan semua partai ini juga memiliki kesempatan besar yang sama untuk merebut simpati massa yang ingin berubah pilihan. Oleh karena itu, PKS harus berupaya keras untuk mencapai target perolehan suara di daerah ini. Demikian juga partai lainnya. Persaingan merebut simpati ini dapat dilihat dari kampanye terbuka atau rapat umum dimana semua partai menghadirkan tokoh utamanya: PKS dengan Hidayat Nur Wahid, Demokrat dengan SBY, PDIP dengan Megawati, Golkar dengan Jusuf Kalla, Gerindra dengan Prabowo, Hanura dengan Wiranto, dan lain-lain. PKS harus berjuang ekstra keras dan melakukan strategi komunikasi yang berbeda untuk meraih simpati massa Kota Palembang. Tidak sedikit kegiatan komunikasi yang dilakukan TPPD PKS Palembang, karena itu peneliti mengambil strategi komunikasi kampanye PKS Palembang sebagai subjek penelitian.

3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127 dan 158):
a. Wawancara
Mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada subjek penelitian.
b. Dokumen
Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, koran, dan lain-lain.

4. Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif:
Analisa data deskriptif kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipermukaan. Model tahapan analisis induktif adalah sebagai berikut (Bungin, 2008: 144):
a. Melakukan pengamatan sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada
b. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh
c. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi
d. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi
e. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum
f. Membangun atau menjelaskan teori

BAB IV
MODEL STRATEGI KOMUNIKASI KAMPANYE PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PADA PEMILU 2009

Bab ini berisi penarikan garis besar model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 dan pembangunan/penjelasan teori strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 berdasarkan hasil temuan penelitian, setelah sebelumnya dilakukan penjelasan perencanaan komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 pada BAB II, dan manajemen komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 pada BAB III.

A. Model strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009
Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti mendapati bahwa model komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 berbeda dengan model strategi komunikasi kampanye yang menjadi rujukan dalam penelitian ini. Jika dalam teori idealnya strategi komunikasi kampanye seharusnya dimulai dengan perencanaan, strategi komunikasi kampanye PKS diawali dengan riset/analisis yang kemudian menjadi dasar perencanaan dan manajemen komunikasi kampanye. Jika dalam perencanaan komunikasi menurut model ideal terdiri dari riset/analisis, penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik dan desain evaluasi, perencanaan dalam strategi komunikasi kampanye PKS terdiri dari penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi. Riset/analisis tidak berada dalam perencanaan komunikasi.
Dalam proses manajemen komunikasi kampanye, idealnya manajemen komunikasi terdiri dari perencanaan teknis, yaitu penerapan perencanaan komunikasi kampanye mulai dari riset/analisis di lapangan (uji coba), tujuan, segmentasi sasaran, pesan, taktik, dan desain evaluasi. Kemudian organizing SDM, pelaksanaan teknis, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye. Tetapi dalam manajemen komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009, PKS tidak menerapkan perencanaan yang telah dirancang, manajemen komunikasi kampanye beracuan langsung pada hasil riset. Manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang hanya terdiri dari dua proses, yaitu organizing dan pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye. Tidak ada perencanaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye dalam manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang.

B. Kekuatan dan kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009

1. Kekuatan strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009
Riset awal yang dilakukan PKS Palembang, political landscape Kotamadya Palembang melalui CPSS cukup komprehensif, mencakup semua hal yang perlu diketahui PKS Palembang untuk merumuskan perencanaan dan melaksanakan manajemen komunikasi kampanye. Secara detail riset ini mengupas aspek demografi responden, awareness level reponden atas Pemilu, analisis kompetisi (top of mind) semua partai politik, tingkat pengenalan gambar dan pengenalan nama PKS, elektabilitas semua parpol peserta Pemilu, analisis peluang dan loyalitas, analisis isu, analisis kompetensi, analisis tokoh kompetitor dan tokoh PKS, analisis metode kampanye, yang kemudian disimpulkan dan menghasilkan rekomendasi untuk perencanaan komunikasi kampanye PKS Palembang, yaitu desain yang akan diterapkan pada manajemen komunikasi kampanye.
Dari hasil riset ini pula dilakukan analisis terhadap situasi dan kondisi yang ada, sehingga PKS Palembang dapat menyesuaikan diri dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk melakukan kegiatan komunikasi kepada khalayak sasaran. Hasil riset ini sangat membantu dalam penyusunan tujuan, mengidentifikasi segmentasi sasaran, merumuskan pesan, menentukan taktik yang tepat untuk khalayak, dan mendesain konsep evaluasi yang akan mengontrol pelaksanaan kegiatan komunikasi.
Model strategi komunikasi kampanye PKS yang dimulai dari riset, kemudian penyusunan tujuan, identifikasi/segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi menghasilkan perencanaan yang matang dan rapih.
Selain riset yang komprehensif dan perencanaan yang rapih, kekuatan strategi komunikasi kampanye PKS lainnya dapat dilihat dari proses organizing dalam manajemen komunikasi kampanye. Berbeda dengan kompetitornya yang banyak menggunakan jasa konsultan kampanye, sebut saja salah satunya Demokrat, PKS mengerahkan semua kadernya mulai dari TPPN, TPPD, DPD, DPC, sampai dengan DPRa. PKS Palembang tidak perlu melakukan penyeleksian personel-personel yang akan menjadi tim kampanye, sebagai sukarelawan atau profesional yang harus dibayar. Disinilah letak keunikannya. Kader-kader PKS Palembang dengan sukarela dan penuh kesadaran menjadi bagian campaign organizer dan melaksanakan kegiatan-kegiatan komunikasi kampanye yang menjadi bagiannya.
Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki kader, artinya setiap pos dalam pembagian kerja diisi oleh tenaga-tenaga yang handal dibidangnya. Taktik yang dirancang didukung dengan organizing yang rapih dalam strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009. Organizing yang meliputi bidang fund rising, bidang pelayanan konstituen, bidang public relation, bidang kampanye, bidang advokasi dan hukum, bidang logistik, bidang HRD, bidang direct selling, bidang pengamanan suara, dan bidang optimalisasi jaringan ini sangat membantu pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang yang memutuskan menggunakan banyak media dalam taktiknya. Dalam organizing manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang dapat dikatakan baik karena penguasaan dan kerapihan pembagian kerja yang dilakukan.

2. Kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009
Pada Pemilu 2009, PKS mengawali strategi komunikasi kampanyenya dengan melakukan riset political landscape Kotamadya Palembang. Riset ini kemudian menjadi dasar bagi semua aspek perencanaan dan manajemen komunikasi, sehingga ia tidak menjadi bagian dalam perencanaan maupun manajemen komunikasi kampanye. Riset menjadi yang pertama dan utama dalam strategi komunikasi kampanye PKS Palembang.
Walaupun demikian, hasil riset seharusnya tidak langsung diterapkan dalam manajemen komunikasi kampanye. Manajemen kampanye membutuhkan lebih dari riset awal seperti ini. Tetapi PKS Palembang malah menerapkan hasil riset langsung kepelaksanaan kegiatan komunikasi dalam manajemen komunikasi kampanye. Hal ini mengakibatkan tidak adanya perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye. Perencanaan komunikasi kampanye yang sudah disusun sebagian besar menjadi tidak diterapkan dalam kegiatan komunikasi kampanye. Yang terjadi di lapangan adalah setiap kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang memiliki tujuan dan segmentasi yang berbeda-beda, tidak sesuai dengan perencanaan komunikasi yang sudah dilakukan.
Idealnya, perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye diawali dengan riset penerapan perencanaan komunikasi kepada khalayak sasaran. Riset uji coba dalam perencanaan teknis ini sangat penting untuk menguji perencanaan komunikasi-sebelum diterapkan dimanajemen komunikasi-untuk mengetahui apakah perencanaan komunikasi kampanye tepat sasaran atau tidak. Dengan riset dalam perencanaan teknis ini, seharusnya PKS Palembang dapat lebih fokus dan terarah untuk meraih tujuan maksimalnya.
Seperti yang dikatakan Venus (2007: 204), para ahli kampanye sepakat bahwa rencana kampanye, khususnya desain pesan, haruslah diuji coba terlebih dahulu untuk menentukan apakah rencana ini akan memberikan hasil yang diharapkan atau tidak. Jika hasil pengujian ini positif maka perencanaan komunikasi ini dapat diaplikasikan ke manajemen komunikasi kampanye, tetapi jika tidak, dapat disusun rencana lain yang lebih tepat untuk khalayak sasaran. Tujuan utama dari riset pasar adalah mempersiapkan organisasi politik untuk melakukan langkah-langkah adaptasi terhadap semua perubahan yang terjadi (Firmanzah 2008: 167). Sehingga dapat lebih fokus, efektif, dan efisien dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki, baik dari sisi biaya, waktu, dan tenaga SDM.
Pesan yang didesain disebarkan melalui banyak media kepada berbagai macam demografis pemilih Palembang tanpa diuji dulu efektifitasnya, inilah kesalahan utama pada strategi komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Tidak ada perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye. Karena inilah PKS Palembang tidak berhasil meraih suara khalayak sasarannya, suara pemilih muda (35% pemilih). Komunikasi kampanye PKS Palembang menggunakan banyak media, tetapi tidak fokus, terutama pada segmentasi utamanya.
Setiap kelompok masyarakat mempunyai karakteristik yang berbeda. PKS Palembang harusnya dapat berhati-hati untuk memahami hal ini. Terutama kharakteristik khalayak sasaran utama. Menggunakan satu pendekatan untuk semua krakteristik akan membuat tidak efektifnya pendekatan tersebut (Firmanzah, 2008: 209). Kesesuaian pemilihan pesan, cara menyampaikannya, bahasa yang dipilih, media yang dipilih dengan kondisi riil masyarakat dilapangan sangat mempengaruhi hasil persuasi kepada masyarakat.
Pesan Bersih, Peduli, Profesional terlalu elitis untuk diterapkan pada pemilih dengan demografis masyarakat berpendidikan menengah ke bawah, seperti yang banyak dilakukan PKS Palembang. Kata-kata ini sukar dimengerti masyarakat yang sehari-harinya hanya dipenuhi pikiran untuk bisa makan hari ini. Walaupun PKS Palembang mencoba mendekati khalayak sasaran ini dengan iklan di Radio dengan segmentasi yang sama, pendekatan melalui musik dangdut dan bahasa daerah melalui iklan radionya, tetap saja kampanye ini tidak tepat sasaran, mengingat target utama PKS Palembang adalah pemilih muda, 35% suara dari total pemilih, yang pencapaiannya-jika tercapai-melebihi target utama 20% suara.
Sementara itu dalam pelaksanannya PKS Palembang kemudian lebih memilih untuk fokus ke daerah sasaran yang menurut hasil riset tingkat pengenalan PKS Palembang masih sedikit. Daerah-daerah basis massa (juga menurut hasil suvei) ditinggalkan sementara karena dianggap sudah aman, dipastikan masyarakat di daerah basis massa ini akan memilih PKS, sehingga tidak perlu diterpa lebih banyak komunikasi lagi, PKS Palembang memilih untuk berekspansi ke daerah sasaran lain. Padahal dalam diskusi dan analisis hasil riset political landscape Kotamadya Palembang sudah disepakati bahwa pemilih setia PKS perlu dievaluasi karena tingkat kemungkinan untuk pindah ke partai lain cukup besar, yaitu 59,6%.
PKS Palembang melupakan bahwa dalam masa kampanye itu, khalayak sasaran diterpa berbagai macam pesan kampanye dari kompetitor-kompetitor PKS Palembang, setiap saat, melalui berbagai media di berbagai tempat. Pilihan ini membuat PKS Palembang banyak kehilangan suara pemilih potensial di daerah-daerah yang dianggap sudah aman. Inilah kesalahan strategi komunikasi kampanye PKS yang selanjutnya, sebagai efek beruntun dari kesalahan yang utama. PKS Palembang melupakan targeting utamanya.
Seharusnya PKS Palembang dapat memilih untuk fokus kepada khalayak sasaran utama, tidak berpaling pada hasil survei baik dalam tingkat pengenalan PKS berdasarkan geografis ataupun cara-cara kampanye yang disukai masyarakat. Karena semua itu sudah dianalisis dan cukup diterapkan dalam perencanaan komunikasi kampanye, untuk kemudian diterapkan secara rapih ke dalam perencanaan dalam manajemen komunikasi kampanye, mulai dari riset penerapan, tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, pesan, taktik, dan desain evaluasi. Pelaksanaan komunikasi kampanye yang tidak fokus ini menjadi tidak efisien, mengingat banyaknya biaya dan tenaga yang dikeluarkan untuk mencapai khalayak sasaran yang bukan targeting utama komunikasi kampanye PKS Palembang.
Demikianlah efek yang timbul dari tidak adanya perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang. Selanjutnya, PKS Palembang hanya menerapkan organizing dan pelaksanaan dalam proses manajemen komunikasinya.
Sebagaimana yang dikatakan Terry (Lihat BAB I, hal. 30) manajemen selalu terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan. Dan menurut Venus (Lihat BAB I, hal. 31) manajemen terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Pada kenyataannya, manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang hanya terdiri dari dua proses, yaitu organizing dan pelaksanaan. Tidak ada pengawasan ataupun evaluasi dalam manajemen komunikasinya.
Pada awalnya memang PKS Palembang merumuskan desain evaluasi untuk diterapkan ke dalam manajemen komunikasi. Yaitu evaluasi pada tahap kampaye, apakah kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 tepat sasaran atau tidak, dengan indikasi keterjangkauan dan perhatian khalayak. Namun pada pelaksanaannya, ternyata PKS Palembang sama sekali tidak melakukan evaluasi dalam manajemen komunikasi kampanye yang dilakukannya. Padahal evaluasi sangat penting untuk mengontrol pelaksanaan, mengetahui kelebihan dan kekurangan kegiatan komunikasi kampanye sehingga dapat dijadikan rekomendasi untuk kegiatan kampanye selanjutnya. Apalagi dalam dunia politik dimana terjadi kompetisi pemenangan Pemilu setiap lima tahun sekali.
Dalam pelaksanaannya, PKS Palembang tidak melakukan pengecekan siapa saja yang hadir dalam kampanye terbuka misalnya, apakah sesuai dengan target marketnya atau tidak. PKS Palembang tidak melakukan pengecekan berapa rating acara televisi dan radio yang menampilkan iklan komunikasi kampanye PKS Palembang. Begitu juga dengan bakti sosial yang ditargetkan lewat penyebaran kupon sebelum hari-H, penyebaran RBT/NSP, dan kegiatan kampanye lainnya. Tidak ada pengecekan berapa banyak dan apakah khalayak sasaran yang diterpa sesuai dengan taget market yang ditetapkan atau tidak. Pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye ini selesai begitu saja tanpa ada tindak lanjutnya.
Inilah kesalahan fatal PKS Palembang yang selanjutnya dalam strategi komunikasi kampanye pada Pemilu 2009. Jika dilakukan dengan benar, evaluasi dapat mengendalikan pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye. Evaluasi memagari kegiatan komunikasi kampanye agar terfokus pada tujuan, efektifitas, efisiensi sumberdaya, dan pada akhirnya mewujudkan manajemen komunikasi kampanye yang terarah dan teratur sehingga memudahkan untuk penilaian dan menghasilkan rekomendasi. Seperti yang dikatakan Gregory (2004; 140), alasan perlunya melakukan evaluasi adalah untuk memfokuskan usaha, menunjukkan keefektifan, memastikan efisiensi biaya, mendukung manajemen yang baik, dan memfasilitasi pertanggungjawaban.
Jika dalam pelaksanaan komunikasi PKS Palembang selalu memperhatikan dan beracuan pada target yang ingin dicapai, dan selalu memperhitungkannya, pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye akan terfokus pada perencanaan komunikasi yang telah dilakukan. Dengan demikian tujuan maksimal PKS Palembang pada Pemilu 2009 mustahil tidak tercapai. Semestinya dengan tercapainya tujuan maksimal ini PKS Palembang dapat menunjukkan nilai-nilainya. Konsentrasi pada hal-hal yang prioritas, perencanaan komunikasi kampanye dalam hal ini, akan menghemat biaya dan waktu untuk pencapaian tujuan dan memberikan hasil yang baik. Manajemen yang berdasarkan pada tujuan dengan sasaran yang jelas harusnya dapat memberikan hasil yang tajam pada pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Keuntungan-keuntungan yang sudah di depan mata ini lewat begitu saja dari hadapan PKS Palembang, karena tidak menerapkan evaluasi dalam manajemen komunikasi kampanyenya. Evaluasi tidak cukup hanya direncanakan saja, tetapi penerapannya saat pelaksanaan kampanye harusnya tidak dilupakan.
Dalam strategi komunikasi kampanye PKS Palembang, tahap perencanaan komunikasi dilakukan dengan sangat baik. Tetapi PKS Palembang melakukan banyak kesalahan dalam tahap manajemen komunikasi. Perencanaan komunikasi yang matang tidak diterapkan sepenuhnya. PKS Palembang melupakan perencanaan dan evaluasi dalam manajemen komunikasi. Sehingga pada akhirnya pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 menjadi tidak fokus.

BAB V
PENUTUP

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model strategi komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Oleh karena itu dalam penelitian ini dipaparkan perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Kampanye PKS Palembang dilakukan secara terpusat meskipun menyesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing, sehingga hasil penelitian ini dapat mewakili strategi komunikasi kampanye PKS secara keseluruhan pada Pemilu 2009. Metodologi yang digunakan adalah studi kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Melalui wawancara mendalam dan pengumpulan dokumen, peneliti menemukan dan menyimpulkan model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009. Saran dalam penelitian ini tidak hanya berlaku bagi partai politik saja, tetapi kepada semua pihak yang melakukan strategi komunikasi kampanye dalam berbagai bidang baik lembaga ataupun perorangan.

A. Kesimpulan
1. Model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 diawali dengan riset yang kemudian menjadi dasar perencanaan dan manajemen komunikasi. Tahap perencanaan komunikasi terdiri dari penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi. Tahap manajemen komunikasi terdiri dari organizing dan pelaksanaan kegiatan komunikasi.
2. Perencanaan komunikasi kampanye yang dilakukan berdasarkan hasil riset yang komprehensif menghasilkan perencanaan yang matang dan rapih. Hasil riset mencakup semua data yang dibutuhkan untuk penyusunan tujuan, identifikasi/segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi yang dilakukan secara berurutan.
3. Organizing dalam manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang terbilang baik karena penguasaan dan kerapihan pembagian kerja yang dilakukan. Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki kader, setiap pos diisi oleh tenaga-tenaga ahli dibidangnya.
4. Manajemen komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 hanya terdiri dari organizing dan pelaksanaan yang didasarkan langsung pada hasil riset. PKS Palembang tidak menerapkan perencanaan komunikasi yang sudah disusun rapih. Hal ini menyebabkan tidak adanya perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye sehingga pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang tidak fokus pada segmentasi.
5. Desain evaluasi kegiatan komunikasi kampanye yang sempat dirumuskan juga tidak diterapkan dalam manajemen komunikasi kampanye sehingga tidak ada yang melakukan kontrol dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye.
6. Meskipun model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 memiliki perencanaan komunikasi dan organizing yang rapih, tidak diterapkannya perencanaan teknis dan evaluasi dalam manajemen komunikasi kampanye menyebabkan tidak fokusnya pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye dan pada akhirnya tidak tercapainya target maksimal PKS Palembang pada Pemilu 2009.

B. Saran
1. Dalam melaksanakan strategi komunikasi kampanye, partai politik/lembaga/perorangan yang melakukan tidak boleh melupakan perencanaan komunikasi. Perencanaan teknis sebagai implementasi perencanaan komunikasi, yang didalamnya terdapat riset uji coba terhadap perencanaan komunikasi yang telah dirancang penting untuk membuat kegiatan komunikasi yang dilakukan tepat sasaran, yakni sampai pada khalayak sasaran dan mendapat perhatian khalayak sasaran.
2. Fokus pada segmentasi dapat membuat kegiatan komunikasi kampanye yang dilakukan partai politik/lembaga/perorangan lebih efektif dan efisien, yaitu fokus pada tujuan utama dan penghematan sumber daya yang dimiliki, jika tidak akan terjadi banyak pemborosan baik dari segi logistik, tenaga, dan waktu.
3. Mengenali khalayak sasaran sangat penting bagi partai politik/lembaga/perorangan yang melaksanakan strategi komunikasi kampanye agar pesan, bahasa, dan media yang dipilih sesuai dengan khalayak sasaran dan dapat mempengaruhi khalayak sasaran untuk tercapainya tujuan strategi komunikasi kampanye.
4. Dalam melakukan analisis hasil riset, sebaiknya menggunakan metode SWOT dan atau PEST, tidak hanya diskusi internal dan lembaga riset saja, metode ilmiah dalam analisis membuat hasil analisis lebih objektif, sehingga dapat benar-benar mewakili kebutuhan khalayak sasaran dan pelaksana strategi komunikasi kampanye itu sendiri.
5. Memiliki SDM yang solid saja tidak cukup untuk sebuah partai politik/lembaga/perorangan dalam melaksanakan strategi komunikasi kampanye yang tepat sasaran. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa PKS Palembang yang melakukan kampanye secara terpusat, meskipun disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing, melibatkan mulai dari TPPN, TPPD, DPD, DPC, sampai dengan DPRa, tidak dapat mencapai tujuan maksimalnya dan melakukan banyak kegiatan yang tidak fokus terutama pada segmentasi. Menggunakan jasa konsultan kampanye politik bisa menjadi alternatif yang baik agar partai politik/lembaga/perorangan lebih teliti dan hati-hati dalam menjalankan strategi komunikasi kampanye, mengingat dalam masa kampanye yang ditetapkan oleh KPU (dalam kasus Pemilu/Pilgub/Pilkada), khalayak sasaran diterpa banyak pesan di berbagai tempat, melalui berbagai media, di setiap waktu.
6. Tercapainya target minimal dalam tujuan strategi komunikasi kampanye PKS Palembang mengakibatkan strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 terlihat tepat sasaran dan efektif. Padahal dalam prosesnya, PKS Palembang banyak melakukan kesalahan fatal terutama dalam manajemen komunikasi yang tidak beracuan pada perencanaan komunikasi. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap strategi komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 untuk mengukur efektifitas strategi komunikasi kampanye yang sebenarnya, karena hasil penelitian lebih lanjut ini akan menyempurnakan pembelajaran yang didapatkan PKS dalam melaksanakan strategi komunikasi kampanye dalam Pilkada, Pilgup, dan Pilpres selanjutnya, serta dapat juga menjadi pembelajaran yang baik bagi partai/lembaga/ perorangan yang juga melakukan strategi komunikasi kampanye di berbagai bidang.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Arifin, Prof. Dr. Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya OFFSET Bandung.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Firmansyah. 2008. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gregory, Anne. 2004. Perencanaan dan Managemen Kampanye Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran (edisi keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Muhtadi, Asep Saiful. 2008. Komunikasi Politik Indonesia (Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakaya.
Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi(Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press.
Simamora, Bilson. 2004. Riset Pemasaran (Falsafah, Teori, dan Aplikasi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Media cetak
Harian Umum Kompas, Senin, 30 Maret 2009
Peta Politik Harian Umum Kompas, Selasa, 24 Maret 2009
Suswanta dalam artikel ”Kampanye Terbuka Dinilai Tidak Efektif”, Suara Merdeka, Jumat, 27 Maret 2009

Website
DPW PKS Sumsel Pilih 8 Inspiring Women, http://www.detiknews.com/read/2008 /12/20/203430/1057046/10/dpw-pks-sumsel-pilih-8-inspiring-women
http://www.antara.co.id/ view/?i=, Rabu, 25 Maret 2009, 05:56 WIB
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/11/10/60895/iklan-pks-iklanoportunis, 10/11/2008, 15:14
http://www.pks-kaltim.or.id/?page=page&act=view&id=184:27/03/2009, 15:13:11
Iklan PKS Dipersoalkan, www.liputan6.com, 31/10/2008, 18:23 – PKS
Iklan PKS Kembali Menuai Kontroversi, www.liputan6.com, 3/11/2008, 06:35 – PKS
Iklan Politik PKS yang Kontroversi, http://tv.kompas.com/content/view/8446/2/, Sabtu, 15 November 2008, 09.22 WIB
Kampanye PKS Sumsel Usung Isu Antikorupsi. http://www.antara.co.id/print/1237935408, Rabu, 25 Maret 2009, 05:56 WIB
www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-115892.pdf: 4/28/2009, 12:54 PM

Saturday, February 12, 2011

Desir

Rinduku, bukanlah sesuatu yang ditunggu
Dia disni saja. Hanya.

Persembahan Skripsi...

Wanna say thanks to…

16 Juni 2010
Ada nafas yang selalu menderu disetiap detik hidupku. Masih diberiNya aku waktu. NikmatMU yang mana lagi yang hendak kupungkiri Ya ALLLAH. Terimakasih, beribu terimakasihku pada Tuhanku… tak kan bisa menyamai karunia yang diberi, meski sekedar menggerakkan jari-jari ini di atas keyboard dan membentuk rangkaian huruf: TERIMAKASIH YA RABB, Cahaya di atas Cahaya…

17 Juni 2010
Karang. Ia tegar dihempas berbagai badai kehidupan. Apalagi yang bisa kuungkapkan tentangnya. Meskipun sedikit demi sedikit ia tergerus juga dimakan usia, tidak ada yang abadi didunia ini. Tentu saja, kehebatannya menyekolahkan ketiga anaknya, sampai sarjana dipulau seberang, walaupun banyak mendapat ujian karena kesendiriannya. Budaya, stigma masyarakat yang masih menganggap negatif singel parents, walaupun mereka sendiri mengakui tidak akan sanggup jika berada diposisi mamaku. Ah, dasar manusia. Tapi aku sangat bangga dengan mamaku. Aku sangat mencintainya. Hanya doanya yang dapat membuatku berhasil dalam segala hal. Dan akupun akan selalu berusaha menjadi anak yang shalihah, sehingga doaku makbul untuk Mama. Dengan sepenuh jiwa, skripsi ini kupersembahkan untukmu mama. Gelar S. I. Kom yang sekarang mengikuti namaku ini kupersembahkan hanya untukmu. Semoga berkah, semoga menjadi bekal yang besar untuk indahnya kehidupan kita di surga nanti. Amiin.
Dan kepada ayukku tercinta yang selalu memanjakanku (he he he), orang tua kedua bagiku, yang telah mendidikku menjadi seperti sekarang, yang telah begitu demokratis dengan kekerasan prinsipnya (lho?) he he he.. thx 4 everythinglah... Dan adekku yang selalu mensupport-belakangan dengan berbagai masalah khas “masa remajanya”-, jadilah orang yang terbuka dalam lingkaran cinta Allah, karena dengan begitu kita akan menjadi pribadi yang berkembang, hingga tak punya batasan untuk terbang :D. Trimakasih atas semua cinta kalian yang tak pernah terungkapkan. Luph u cz ALLAH. Ayo bersiap berkumpul di surga .

13 Mei 2009
”Jangan-jangan kalian itu memang tidak mau lulus! Takut kehilangan status sebagai seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi, ketimbang lulus dan menyandang status pengangguran!” ujar Ms Tan dalam diskusi ”Kenapa Filter Menjadi Momok Bagi Mahasiswa” yang kumoderatori. Waktu itu aku semester lima, dan hanya tertawa saja mendengar statement itu. Tapi sekarang, (ampuni aku Ya Allah) statement itu ada benarnya juga. Sedikit banyak aku tidak rela dengan tibanya saat untuk mengerjakan skripsi. Tidak rela dengan berakirnya masa eksis dikampus... (sepotong kenangan memulai skripsi)
Terimakasih kepada dosen pembimbingku...Ms Tan dan Ms Yan, dan Ms Wiwied... atas bimbingan dan kesabarannya . Dan Ms Agus dan Ms Yuli.. atas tambahan ilmu di ujian kompre...

Entah tanggal berapa, September 09
Hopeless. Sudahlah, emang ga jodoh kali. Aku harus muter otak lagi, menjalankan plan yang entah ke berapa. Sms dan telepon ku sudah berapa lama tidak dibalas. PKS Palembang, ya, objek penelitian yang kurencanakan diproposal filterku. Tidak ada jawaban. Sampai tiba-tiba terdengar dering sms di ponselku, yang membaca isinya membuatku terlonjak gembira. Dari sekretaris TPPD Pemilu PKS Palembang 2009 yang menyatakan kesediaan dan akan membantu semaksimal mungkin penelitianku dengan beberapa ketentuan. Tepat lima hari sebelum kepulanganku kembali ke Semarang pasca magang dan lebaran. Huft! Akhirnya jadi juga aku memulai skripsi. Terimaksih Pak Momok dan DPD PKS Palembang, atas kerjasama, dukungan, dan doanya. Semoga hasil penelitian ini berkah, dan bermanfaat banyak untuk umat, amiin .
25 Juli 2009
Disini aku masih berdiri
Merenungi hari-hari sepi
Tanpa kalian disisi
Orang-orang yang memberiku inspirasi
Orang-orang yang memberi aku mimpi

Betapa aku tidak bisa hidup tanpa kalian? Kalian memberiku seorang Kekasih, melalui kalian Dia mencintaiku. Karena itu jugalah selalu ingin kukatakan pada kalian: ”Aku mencintai kalian karena Dia, aku sangat mencintai kalian karena Allah!
Selalu ada jalan panjang, ia sepi, terjal, tidak mudah didaki. Meski tanpa kalian. Tapi tetap saja tidak mudah. Ah, betapa aku tidak bisa hidup tanpa kalian: Fatimah Az-Zahra crew (Isti, Mimin, Ratih, Icha, Erva, Nilna, Syamsi, Nosi, Shandra, Islah), Mb Pipit, Mb Rina, Mb Dina, Mb Dewi, Mb Pepi, Mb Redoy, Umi Gelis, Anis, Ees, Dita, Esti, Nafi, Alam, Yucha, Maya, Arina, Tata, Ayu, Thyas, Pipit, Hanum, Nia, Rizka, Ikun, Mafla, Yeni, Frida, Ina, Nisa, dll. Masya ALLAh.. terimakasih spiritnya ukhti-ukhti... special to Islah (suatu saat nanti pasti dirimu jadi pribadi yang ikhlas luar biasa ce, amiin ), Hanum (bukan menghindar num, tapi persiapkan dengan baik, juga orang-orang disekitarmu, bantulah mereka mempersiapkan masa depan itu ), dan Pipit (jangan takut bergerak dan bertanggung jawab, yang rajin yaa ) titip adek-adek yaaa, bertiga yang akur... luph u .
And all my brother... Ms Ari, Ms Gigih, Bang Indra, Wisnu Ardiyanto, Rian Dayat, Rian Indriani (elu masuk kategori brother yam, he2), Akh Giri, Aji, Chandra, Mudi, Nugroho, Taufik, Wahyu, Yudha, Ikhsan, Fitri, Mustakim, Agung, Dendi, Fikri, Anton, Suwandi, Teguh, dll... Jazakallah khair atas spirit dan doanya... .

Tentu saja. Untuk Al Quran ku, Laptop ku, tas unique ku, sesama penghuni kasur (Muth2, Hona, n Jepi), kamar dan rumah kontrakan ternyaman yang diberikan Allah untukku, kedua alat komunikasi ku, fd 4 GB suvenir jd pembicara, kasur tercinta... jzk... telah menjadi pelepas lelah... telah bekerja tanpa kenal lelah membantu menyelesaikan skripsi ini... mohon maaf atas semua kezhaliman ya.. ketika kalian bersaksi di hari akhir nanti... katakan yang baik-baik ya... (he he he :P).
Teman-teman komunikasi 2005. Yes, we’ve done guys! Gelis my soulmate. Ani, Nana, Intan, Ratna, yang udah ngebantuin beliin snack buat dosen. Hasyti yang uda lulus duluan dengan pejuang2 April. Risma, Iis, Tika, Novy keep fight ya dengan mr barunya. Amy, Nela, Ojhan, Dira, dll banyak banget ga bisa disebutin semua… semoga cepet nyusul . Nana, Iis, Sita, Lila, Angga, Sani, kita wisuda bareng, horeee . Teman-teman KKN I Margorejo Dawe Kudus 2009. Divisi Humas PT Pusri Palembang..
Keluarga besar KAMDA Semarang, BEM SI 2008-2009, Forum Perempuan BEM SI (Mami Nastar Unmul, Tante Echa UGM, Meichy UII, Lisma IPB, Ita UB, Eni n Kantry Unpad, Uul penerusku, dll). Teman-teman wartawan program student BBC London Indonesia 2007, keluarga besar PERMASISEL, keluarga besar Khatulistiwa Tour, DPUDT Semarang+Ibu-Ibu pengajianku (Bu Ary, Mbah Waginten, Bu Linda, Bu Karsini, Bu Kaptini, Bu Dhe Karyunah, Bu Maryati, dll). Keluarga besar BEM KM Undip 2009 khususnya Deplu (Agung, Lidha, Tifa, Helmy, Iqbal, Tyo, Rita, Danang, Dhika, Nikmah, Ocha, dll, Exist All d Way yaa!). Keluarga besar HMJ I. Komunikasi dr jaman jadul mpe sekarang (Ms Arya, Ms Adi, Mb Elin, Ojhan, Adji, Salis, Dwena, Fitri, Bunga dkk, Rahmi, tq so inspirasinya ), keluarga besar FKMM Fisip Undip, keluarga besar LPM Opini, teman-teman GMNI dan HMI Fisip Undip, Keluarga besar KAMMI Fisip Undip. Wuah, beneran, Subhanallah... gracias spiritnya sodara-sodara... hanya Allah yang bisa membalas .

Dan kepada semuanya yang belum tersebut... mohon maaf sebesarnya dan terimakasih...

Persembahan Skripsi...

Wanna say thanks to…

16 Juni 2010
Ada nafas yang selalu menderu disetiap detik hidupku. Masih diberiNya aku waktu. NikmatMU yang mana lagi yang hendak kupungkiri Ya ALLLAH. Terimakasih, beribu terimakasihku pada Tuhanku… tak kan bisa menyamai karunia yang diberi, meski sekedar menggerakkan jari-jari ini di atas keyboard dan membentuk rangkaian huruf: TERIMAKASIH YA RABB, Cahaya di atas Cahaya…

17 Juni 2010
Karang. Ia tegar dihempas berbagai badai kehidupan. Apalagi yang bisa kuungkapkan tentangnya. Meskipun sedikit demi sedikit ia tergerus juga dimakan usia, tidak ada yang abadi didunia ini. Tentu saja, kehebatannya menyekolahkan ketiga anaknya, sampai sarjana dipulau seberang, walaupun banyak mendapat ujian karena kesendiriannya. Budaya, stigma masyarakat yang masih menganggap negatif singel parents, walaupun mereka sendiri mengakui tidak akan sanggup jika berada diposisi mamaku. Ah, dasar manusia. Tapi aku sangat bangga dengan mamaku. Aku sangat mencintainya. Hanya doanya yang dapat membuatku berhasil dalam segala hal. Dan akupun akan selalu berusaha menjadi anak yang shalihah, sehingga doaku makbul untuk Mama. Dengan sepenuh jiwa, skripsi ini kupersembahkan untukmu mama. Gelar S. I. Kom yang sekarang mengikuti namaku ini kupersembahkan hanya untukmu. Semoga berkah, semoga menjadi bekal yang besar untuk indahnya kehidupan kita di surga nanti. Amiin.
Dan kepada ayukku tercinta yang selalu memanjakanku (he he he), orang tua kedua bagiku, yang telah mendidikku menjadi seperti sekarang, yang telah begitu demokratis dengan kekerasan prinsipnya (lho?) he he he.. thx 4 everythinglah... Dan adekku yang selalu mensupport-belakangan dengan berbagai masalah khas “masa remajanya”-, jadilah orang yang terbuka dalam lingkaran cinta Allah, karena dengan begitu kita akan menjadi pribadi yang berkembang, hingga tak punya batasan untuk terbang :D. Trimakasih atas semua cinta kalian yang tak pernah terungkapkan. Luph u cz ALLAH. Ayo bersiap berkumpul di surga .

13 Mei 2009
”Jangan-jangan kalian itu memang tidak mau lulus! Takut kehilangan status sebagai seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi, ketimbang lulus dan menyandang status pengangguran!” ujar Ms Tan dalam diskusi ”Kenapa Filter Menjadi Momok Bagi Mahasiswa” yang kumoderatori. Waktu itu aku semester lima, dan hanya tertawa saja mendengar statement itu. Tapi sekarang, (ampuni aku Ya Allah) statement itu ada benarnya juga. Sedikit banyak aku tidak rela dengan tibanya saat untuk mengerjakan skripsi. Tidak rela dengan berakirnya masa eksis dikampus... (sepotong kenangan memulai skripsi)
Terimakasih kepada dosen pembimbingku...Ms Tan dan Ms Yan, dan Ms Wiwied... atas bimbingan dan kesabarannya . Dan Ms Agus dan Ms Yuli.. atas tambahan ilmu di ujian kompre...

Entah tanggal berapa, September 09
Hopeless. Sudahlah, emang ga jodoh kali. Aku harus muter otak lagi, menjalankan plan yang entah ke berapa. Sms dan telepon ku sudah berapa lama tidak dibalas. PKS Palembang, ya, objek penelitian yang kurencanakan diproposal filterku. Tidak ada jawaban. Sampai tiba-tiba terdengar dering sms di ponselku, yang membaca isinya membuatku terlonjak gembira. Dari sekretaris TPPD Pemilu PKS Palembang 2009 yang menyatakan kesediaan dan akan membantu semaksimal mungkin penelitianku dengan beberapa ketentuan. Tepat lima hari sebelum kepulanganku kembali ke Semarang pasca magang dan lebaran. Huft! Akhirnya jadi juga aku memulai skripsi. Terimaksih Pak Momok dan DPD PKS Palembang, atas kerjasama, dukungan, dan doanya. Semoga hasil penelitian ini berkah, dan bermanfaat banyak untuk umat, amiin .
25 Juli 2009
Disini aku masih berdiri
Merenungi hari-hari sepi
Tanpa kalian disisi
Orang-orang yang memberiku inspirasi
Orang-orang yang memberi aku mimpi

Betapa aku tidak bisa hidup tanpa kalian? Kalian memberiku seorang Kekasih, melalui kalian Dia mencintaiku. Karena itu jugalah selalu ingin kukatakan pada kalian: ”Aku mencintai kalian karena Dia, aku sangat mencintai kalian karena Allah!
Selalu ada jalan panjang, ia sepi, terjal, tidak mudah didaki. Meski tanpa kalian. Tapi tetap saja tidak mudah. Ah, betapa aku tidak bisa hidup tanpa kalian: Fatimah Az-Zahra crew (Isti, Mimin, Ratih, Icha, Erva, Nilna, Syamsi, Nosi, Shandra, Islah), Mb Pipit, Mb Rina, Mb Dina, Mb Dewi, Mb Pepi, Mb Redoy, Umi Gelis, Anis, Ees, Dita, Esti, Nafi, Alam, Yucha, Maya, Arina, Tata, Ayu, Thyas, Pipit, Hanum, Nia, Rizka, Ikun, Mafla, Yeni, Frida, Ina, Nisa, dll. Masya ALLAh.. terimakasih spiritnya ukhti-ukhti... special to Islah (suatu saat nanti pasti dirimu jadi pribadi yang ikhlas luar biasa ce, amiin ), Hanum (bukan menghindar num, tapi persiapkan dengan baik, juga orang-orang disekitarmu, bantulah mereka mempersiapkan masa depan itu ), dan Pipit (jangan takut bergerak dan bertanggung jawab, yang rajin yaa ) titip adek-adek yaaa, bertiga yang akur... luph u .
And all my brother... Ms Ari, Ms Gigih, Bang Indra, Wisnu Ardiyanto, Rian Dayat, Rian Indriani (elu masuk kategori brother yam, he2), Akh Giri, Aji, Chandra, Mudi, Nugroho, Taufik, Wahyu, Yudha, Ikhsan, Fitri, Mustakim, Agung, Dendi, Fikri, Anton, Suwandi, Teguh, dll... Jazakallah khair atas spirit dan doanya... .

Tentu saja. Untuk Al Quran ku, Laptop ku, tas unique ku, sesama penghuni kasur (Muth2, Hona, n Jepi), kamar dan rumah kontrakan ternyaman yang diberikan Allah untukku, kedua alat komunikasi ku, fd 4 GB suvenir jd pembicara, kasur tercinta... jzk... telah menjadi pelepas lelah... telah bekerja tanpa kenal lelah membantu menyelesaikan skripsi ini... mohon maaf atas semua kezhaliman ya.. ketika kalian bersaksi di hari akhir nanti... katakan yang baik-baik ya... (he he he :P).
Teman-teman komunikasi 2005. Yes, we’ve done guys! Gelis my soulmate. Ani, Nana, Intan, Ratna, yang udah ngebantuin beliin snack buat dosen. Hasyti yang uda lulus duluan dengan pejuang2 April. Risma, Iis, Tika, Novy keep fight ya dengan mr barunya. Amy, Nela, Ojhan, Dira, dll banyak banget ga bisa disebutin semua… semoga cepet nyusul . Nana, Iis, Sita, Lila, Angga, Sani, kita wisuda bareng, horeee . Teman-teman KKN I Margorejo Dawe Kudus 2009. Divisi Humas PT Pusri Palembang..
Keluarga besar KAMDA Semarang, BEM SI 2008-2009, Forum Perempuan BEM SI (Mami Nastar Unmul, Tante Echa UGM, Meichy UII, Lisma IPB, Ita UB, Eni n Kantry Unpad, Uul penerusku, dll). Teman-teman wartawan program student BBC London Indonesia 2007, keluarga besar PERMASISEL, keluarga besar Khatulistiwa Tour, DPUDT Semarang+Ibu-Ibu pengajianku (Bu Ary, Mbah Waginten, Bu Linda, Bu Karsini, Bu Kaptini, Bu Dhe Karyunah, Bu Maryati, dll). Keluarga besar BEM KM Undip 2009 khususnya Deplu (Agung, Lidha, Tifa, Helmy, Iqbal, Tyo, Rita, Danang, Dhika, Nikmah, Ocha, dll, Exist All d Way yaa!). Keluarga besar HMJ I. Komunikasi dr jaman jadul mpe sekarang (Ms Arya, Ms Adi, Mb Elin, Ojhan, Adji, Salis, Dwena, Fitri, Bunga dkk, Rahmi, tq so inspirasinya ), keluarga besar FKMM Fisip Undip, keluarga besar LPM Opini, teman-teman GMNI dan HMI Fisip Undip, Keluarga besar KAMMI Fisip Undip. Wuah, beneran, Subhanallah... gracias spiritnya sodara-sodara... hanya Allah yang bisa membalas .

Dan kepada semuanya yang belum tersebut... mohon maaf sebesarnya dan terimakasih...

PERAN MEDIA MASSA SEBAGAI EKSEKUTOR KOMUNIKASI PERGERAKAN MAHASISWA

PERAN MEDIA MASSA SEBAGAI EKSEKUTOR KOMUNIKASI
PERGERAKAN MAHASISWA

Mahasiswa adalah kaum intelektual, mahasiswa adalah agent of change, mahasiswa adalah iron stock(calon pemimpin masa depan). Demikian label-label mahasiswa yang tidak asing ditelinga kita. Ketika pengertian mahasiswa ditanyakan kepada saya saat mengikuti LKMTD FISIP beberapa waktu lalu, saya pun menjawab bahwa mahasiswa adalah seorang siswa tingkat tinggi (mengingat penggunaan kata maha), dimana kita merupakan seorang pembelajar yang mempunyai tanggung jawab moral (konsekuensi) tersendiri terhadap kehidupan social, yang “katanya” adalah kaum intelektual dan agen perubahan. karena jujur saja, saya belum pernah merasakan kedua peran ini secara pribadi. Entah karena usia kemahasiswaan saya yang baru 2 tahun, kekurangaktifan gerak saya di kampus, atau juga karena lingkungan kampus yang sama sekali tidak menggambarkan dua peran di atas.

Namun jika sedikit mengutip pernyataan Tatang Muttaqin, mantan Koordinator Presidium Senat Mahasiswa Universitas Padjadjaran dalam artikelnya yang berjudul “Atlas Pergerakan Mahasiswa Kota Bandung” yang berbunyi: “.Jika dilihat secara substantif ada hal yang mendasar dari perubahan identitas tersebut( siswa menjadi mahasiswa), karena identitas kemahasiswaan menuntut seseorang untuk memiliki jiwa kemandirian, tanggung jawab sosial dan berbagai tugas baru yang sangat berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya”.(http://www.bigs.or.id)

Jelaslah bahwa dengan status “kemahasiswaan” ini, ada spesialisasi tersendiri bagi kita selaku mahasiswa. Hal ini dapat dilihat terutama pada kejayaan masa lampau, peristiwa Reformasi ’98, dimana mahasiswa berhasil membuktikan peran sebagai agent of change, yaitu menumbangkan rezim Soeharto yang sudah berkuasa selama tiga ratus lima puluh tahun lamanya. Hal ini sangat patut diberi penghargaan. Karena jika tidak terjadi, saya pun tidak bisa bersuara sebebas ini sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang Warga Negara Indonesia.

Menyoal jargon bahwa mahasiswa hanya bisa menuntut tanpa memberikan solusi, dalam sebuah diskusi santai saya mendapati bahwa memang hal inilah yang bisa dilakukan mahasiswa, kita harus berdemo untuk menyadarkan masyarakat awam, tentang apa yang terjadi dalam pemerintahan dewasa ini, disinilah fungsi sebagai kaum intelektual bermain. Toh dalam kenyataan yang kita temui, lewat aksi dan demo besar-besaran yang dilakukan mahasiswa, Soeharto akhirnya mengikhlaskan kekuasaannya yang dipegang selama berabad-abad. Disamping kenyataan bahwa mahasiswa memang tidak mempunyai wewenwang, karena bukan pihak yang duduk dikursi pemerintahan tentunya.

Namun ada suatu fungsi yang tidak bisa kita pungkiri turut berperan besar dalam pergerakan yang dilakukan mahasiswa. Siapa yang mengkomunikasikan pergerakan-pergerakan yang dilakukan mahasiswa? Such simple answer : MEDIA, lebih khusus lagi, media massa tentunya. Fungsi yang turut menentukan besar atau tidaknya suatu pergerakan, bahkan turut menentukan eksis atau tidaknya suatu badan pergerakan.
Lalu benarkah peran media massa sedemikian besar? Jawabannya dapat dilihat dari analogi peristiwa-peristiwa berikaut ini: Indonesia tidak akan merdeka jika tidak mendapat kabar di bomnya Hiroshima-Nagasaki melalui radio. Kita tidak bisa menonton “GIE” jika dulu tulisan-tulisannya tidak dimuat di surat kabar. Gerakan fenomenal Hasan Al- Banna takkan bisa kita teladani tanpa publikasi internasional mengenai dirinya. Begitu besarnya peran media massa bagi pergerakan mahasiswa.

Menurut teori komunikasi pembangunan, peran komunikasi dalam pembangunan adalah sebagai sebagai pendorong terjadinya suatu perubahan sosial dalam masyarakat. Komunikasi diharapkan berperan dalam menyebarluaskan sejumlah inovasi dalam rangka menumbuhkan dan menggerakkan sekelompok masyarakat agar memiliki motivasi kearah kemajuan. Seperti yang kita ketahui bersama, pembangunan Indonesia sebagian besar dilatarbelakangi oleh modal asing yang mengakibatkan bertumpuknya hutang Indonesia. Merupakan tugas mahasiswalah untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya kapitalisme ini. Gerakan mahasiswa yang dilakukan melalui seminar, aksi, ataupun kongres merupakan bentuk penyadaran kepada masyarakat agar dapat hidup lebih baik.

Bagaimana cara agar niatan baik ini tersampaikan keseluruh penjuru Indonesia? Media massalah jawabannya. Ilmu komunikasi lahir ketika suatu penemuan menjadi tidak berguna jika tidak ada yang mengetahui. Begitu pula dengan sebuah perubahan, tidak akan menjadi sebuah “perubahan” jika tidak ada yang mengetahui suatu perubahan ini. Dan media massa, dapat melakukannya hanya dalam hitungan detik seiring perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini.
Masih dalam lingkup teori komunikasi pembangunan, hal ini sangat sejalan dengan fungsi difusi inovasi komunikasi, yaitu menyebarluaskan, menyampaikan, dan membawa ide baru/inovasi, yang merupakan perubahan social, yaitu pergerakan mahasiswa dalam hal ini.

Tidak kalah penting, sebagaimana disebutkan diatas, media juga turut menentukan seberapa berpengaruhnya sebuah issue yang diangkat mahasiswa. Contoh yang sangat dekat dengan kita adalah berita mengenai demo yang dilakukan segelintir mahasiswa terhadap penganugrahan gelar Doktor kepada Sutiyoso baru-baru ini. Media mempunyai kekuatan dan kekuasaan tersendiri untuk mengeksekusi suatu issue yang sampai ke tangan mereka. Pemberitaan demo penolakan gelar Doctor kepada Sutiyoso yang dilakukan segelintir mahasiswa ini dapat menjadi pemberitaan nasional, yang memberikan “kesan” bahwa seluruh mahasiswa menolak gelar Doctor yang diberikan Undip kepada Sutiyoso. Berita ini menjadi penting di masyarakat dan pada akhirnya muncul perubahan social berupa komentar dan pemikiran mengenai kasus ini dengan background pemikiran mahasiswa, terlepas ketika nanti muncul berita tandingan yang berpihak pada Sutiyoso. Media power (demikian saya menyebutnya) merupaka kekuatan subjektif mutlak media. Baik melalui idealisme, penggunaan bahasa, maupun proporsi pemberitaan.Perubahan social tidak akan berhasil tanpa pemahaman masyarakat terhadap masalah yang dihadapi. Seringkali pemerintah memberikan solusi berdasarkan kebutuhannya sendiri, bukan berdasarkan apa yang dibutuhkan masyarakat selaku subjek yang menghadapi masalah. Perubahan social, agar efektif, haruslah bersifat imanen, dimana keinginan dan perbaikan datang dari masyarakat itu sendiri, melalui pemahaman khalayak tentang permasalahan yang dihadapi. Pemahaman inilah yang coba dilakukan mahasiswa terhadap masyarakat melalui setiap kegiatannya, yang disampaikan media massa melalui setiap pemberitaannya. Hal ini harus terus dilakukan generasi muda sebagai iron stock menuju kemandirian bangsa. Mengutip sebuah kalimat bijak: “Bukanlah tugas kita untuk menyelesaikan pekerjaan sampai sempurna, tetapi yang jelas kita sama sekali tidak berhak untuk tidak mengawalinya sekarang” (Erich Fromm)

Hidup Mahasiswa!!!
Smg, 071708


Korupsi dan Jilbab

Belakangan kita dikejutkan dengan hebohnya skandal korupsi yang dilakukan para petinggi negara, mulai dari Pejabat BUMN, Mentri, Wakil Presiden, sampai dengan pejabat di badan pemberantasan korupsi itu sendiri. Tidak hanya Indonesia, korupsi merupakan permasalahan urgent di seluruh dunia. Pada tahun 2003-2004, China ditetapkan menjadi negara paling korup di dunia oleh para peneliti dan aktivis anti korupsi, peringkat ini kemudian disusul oleh Indonesia, India, Brasil dan Peru. Di tahun 2005, China masih menduduki tempat teratas dan disusul oleh India, Brasil, Peru dan Filipina.
Ada cerita menarik tentang berhasilnya Indonesia keluar dari 5 besar negara terkorup di dunia, sebuah joke disalah satu teman menceritakan, ketika ditanya bagaimana Indonesia bisa keluar dari peringkat 5 besar dunia negara terkorup, dengan senyum dan santai pejabat Indonesia menjawab: “Gampang, sediakan saja uang yang cukup untuk para peneliti itu, kemudian berikan dan bilang supaya negara saya dikeluarkan dari peringkat lima besar”. Lalu sang penanya yang merupakan negara terkorup di dunia pun mengacungkan kedua jempolnya seraya berkata: “Doble like this, itu baru koruptor handal!”. Kemudian mereka pun tertawa bersama. Nah, setali tiga uang dengan joke ini, masih kita ingat bagaimana salah seorang koruptor perempuan handal Indonesia, Artalitha, dapat menyulap penjara menjadi apartemen mewah dengan cara yang sama, pada polisi yang notabene bertugas memberantas korupsi.
Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio, dari kata kerja corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan, dan menyogok, yaitu perilaku pejabat publik yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka (www.wikipedia.com). Banyak cara dan celah yang bisa dimanfaatkan untuk korupsi. Mulai dari aliran dana untuk bank yang bermasalah, perekayasaan laporan keuangan anggaran, penyogokkan, dll. Akibatnya, harta kekayaan negara hanya dinikmati oleh segelintir oknum untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Tinggallah rakyat negeri ini menderita: putus sekolah, kelaparan, tidak punya pekerjaan dan tempat tinggal. Sementara wakil rakyat yang mereka pilih sibuk mencari celah penggantian modal kampanye.
Masih banyak yang memperdebatkan peran kepemimpinan perempuan dinegeri ini. Ketika peran controversial (wakil rakyat, pejabat pemerintahan, atau pemimpin) ini dinodai dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan pemimpin perempuan, akankah semakin memojokkan posisi perempuan itu sendiri?
Jika kita perhatikan, kebanyakan koruptor bergender laki-laki. Sangat sedikit korupsi yang dilakukan oleh perempuan. Sejauh ini yang booming hanyalah Artalita dan Sri Mulyani. Dan keduanya tidak berjilbab. Penulis akan berbicara sebagai muslimah dalam konteks ini. Kenapa jilbab? Karena pakaian yang kita pilih mewakili identitas kita. Dalam blog nya seorang teman mengatakan: ”Kalo kita lagi pake gamis, cantik anggun.. duuuh bawaannya kita juga jadi lembut banget orangnya. Kalo kita lagi pake celana, pake jaket jeans, bawa motor ngebut.. duh jiwa premannya keluar, dll. Jadi memang bener, berhati-hatilah memilih pakaian, karena secara tidak langsung itulah identitas kita”.
Kenapa jilbab? Karena jilbab adalah pakaian yang diperintahkan oleh syariat dalam agama islam. Dengan memakai jilbab, kita akan berperilaku baik. Secara tidak langsung akhlak/moral kita akan terjaga. Kita akan berhati-hati dalam bertindak, karena jilbab memayungi hati kita, ada kedekatan dan rasa takut pada Allah. Konsekuensi dari mengenakan jilbab adalah pencitraan dan gerak sebagai wakil Allah, setiap yang kita lakukan mewakili cara pandang orang kepada kita sebagai seorang muslimah, ada hijab disana, yang otomatis membawa kita pada akhlak seorang muslimah. Singkat kata, jilbab menghindarkan kita dari perilaku tidak baik, terutama dosa besar seperti korupsi.
Nimat Allah kepada manusia sangat banyak, diantaranya Allah memberikan pakaian untuk menutup aurat dan pakaian keindahan untuk berdandan. Banyak istilah dalam hal pakaian ini: Al-libas adalah pakaian untuk menutup aurat yang merupakan kebutuhan pokok. Ar-riisy adalah pakaian untuk berhias atau berdandan, merupakan kebutuhan tambahan atau penyempurna. Tujuan dari pakaian tersebut adalah untuk menutupi tubuh kita agar tidak tampak auratnya dan untuk berhias saja, atau melindungi tubuh kita dari panas dan dingin. Penyempurnaan keduanya bermuara pada pakaian takwa, itulah yang paling baik. Pakaian takwa adalah untuk menutupi aurat yang tersembunyi dalam hati dan batin. Bahan atau benang pakaian takwa yang bernama ‘imsak (menahan diri)’ dari segala tindakan yang bertentangan dengan ketentuan agama akan melahirkan sikap pengendalian diri, kejujuran dan anti konsumerisme, sehingga pada gilirannya akan memunculkan gaya hidup sederhana seorang yang beriman. Intinya, harus ada yang mengontrol moral dan perilaku para pemimpin negeri ini, jilbab hanyalah sebuah perumpamaan. Karena jilbab secara lahiriah dapat mendekatkan kita pada Tuhan dan men jaga akhlak kita. Seorang muslimah yang beriman sejatinya akan menunjukkan komitmennya. Sebagiamana yang ditegaskan Allah dalam Surat Al-Haj 41: ”Orang-orang yang kami teguhkan dimuka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah lah kembali segala urusan”.
Pertama, seorang muslimah harus bersikap hati-hati terhadap hal-hal yang diharamkan dan meragukan. Hukum korupsi dalam islam adalah haram. Memakan harta yang bukan milik kita dengan konsekuensi kesengsaraan rakyat sudah pasti neraka. Kedua, seorang muslimah harus menahan pandangan. Menahan pandangan dari segala yang diharamkan Allah termasuk korupsi, karena pandangan itu menimbulkan keinginan, dan secara bertahap akan membawa pelakunya untuk melakukan dosa dan kemaksiatan. Ketiga, menjaga lidah. Muslimah yang menjaga lidahnya akan senantiasa jujur dalam berkata. Dan kejujuran akan membawa seseorang pada perbuatan yang baik, tidak menipu dan memanipulasi uang rakyat. Keempat, seorang muslimah harus memiliki sifat malu. Hakikat malu adalah suatu karakter yang menyebabkan seseorang meninggalkan keburukan, mencegahnya dari tindakan melalaikan kewajiban, atau melanggar hak orang lain. Kelima, pemaaf dan sabar. Korupsi yang sudah membudaya di Indonesia menyebabkan banyaknya godaan dan kesempatan untuk melakukan korupsi. Karena itu seorang pejabat perempuan harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk menghadapinya.
Korupsi ada karena kerusakan moral, hal ini dapat diatasi jika semua orang, terutama para pejabat tinggi negara memakai pakaian takwa yang merupakan rasa takut kepada Allah SWT. Tidak hanya perempuan, para pejabat dinegeri ini bisa memulainya dengan mengenakan jilbab kalau perlu, sebagai pengontrol keimanan dalam bentuk lahiriah, jika konsep ketakwaan ini sangat abstrak untuk diterapkan.
Seyogyanya kontrol itu hadir dari alam bawah sadar kita sendiri dengan menerapkan komitmen seorang muslim dalam jiwa kita. Terutama bagi para pemimpin perempuan dinegeri ini. Jangan sampai kepemimpinan perempuan yang masih kurang lazim dalam budaya Indonesia semakin terpuruk oleh perilaku korupsi pemimpin-pemimpin perempuan Indonesia. Karena Kartini, tidak pernah mencoreng nama baik bangsa ini.

**********
Tulisan ini di buat pada 2 Desember 2011, masa-masa dimana belum ada perempuan berjilbab (atau  belum terbiasa melihat perempuan berjilbab berkiprah di dunia perpolitikan Indonesia). Saat Saya selaku penulis kembali membaca tulisan ini pada Maret 2019, hampir 10 tahun kemudian, saya merasa tulisan ini amat sangat naif. Meskipun opini tegak lurus ini tetap mungkin terjadi di kenyataan, akan tetapi saat ini keadaan sudah jauh berbeda. Perempuan mengenakan jilbab telah membanjiri tanah Indonesia. Entah hanya sebagai seragam kerja ataukah memang dipakai karena keimanan seseorang.
Tak ayal, banyak sekali pejabat perempuan yang saat ini memakai jilbab dengan berbagai model fashion. Tetapi sayangnya, awal tahun ini bahkan seorang anggota DPRD ditangkap berombongan karena kasus korupsi. Berangkat dengan kebanggaan, pulang dijemput paksa dengan jaket orange menyelimuti. Wajah dan jilbab terpampang jelas menjadi headline media cetak online. Berjilbab sama sekali tidak ada hubungannya dengan mencegah melakukan korupsi (pada kasus ini). Meskipun ini bukanlah kesalahan "dalam mengenakan jilbab" atau "hukum islam" itu sendiri. Melainkan kesalahan si oknum koruptor yang tidak mampu menahan nafsu korupsi meskipun telah mengenakan jilbab.
Jaman berubah, manusia berubah, faktor-faktor yang saling mempengaruhi sebuah perilaku berubah. Tugas penulis dalam meneliti sebelum menulis menjadi lebih berat karena semakin banyak variabel yang butuh dipertimbangkan untuk dikonfirmasi agar opini tak hanya menjadi pandangan naif. Aniway, if i'm not naif, i can't wrote those thing ;) .

Tak SebeNing Namamu

Ning, konon begitu namamu Itu yang kudengar dari angin yang berhembus kencang Ning, sayang nasib tak  begitu ramah menghampirimu Gentar sese...