Sunday, February 13, 2011

STRATEGI KOMUNIKASI KAMPANYE PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PADA PEMILIHAN UMUM 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam masa Pemilu 2009 kemarin, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh beberapa kontroversi yang ditimbulkan Partai Keadilan Sejahtera melalui cara-cara kampanye politik yang dilakukannya. Dimulai dari keaktifannya dalam mengawal isu agresi militer Israel ke Palestina dengan mengadakan istighosah yang hampir diikuti seluruh kadernya di kota-kota besar. Hal ini sangat mengundang perhatian, terutama ketika bendera partai bernomor delapan ini ikut menjadi atribut dalam aksi sosial yang dilakukannya.
Kemudian dalam iklan versi sumpah pemudanya partai ini kembali menuai kontroversi. Sejumlah tokoh nasional ditampilkan dalam iklan ini: Soekarno, KH Hasyim Asyari, dan KH Ahmad Dahlan. Iklan itu menuai gugatan dari NU dan Muhammadiyah yang merasa icon-nya di ambil. (Iklan PKS Dipersoalkan, www.liputan6.com, 31/10/2008 18:23 – PKS)
Selanjutnya dalam rangka memperingati hari pahlawan PKS kembali mengeluarkan iklan dengan tag line: “Terima Kasih Guru Bangsa, Terima Kasih Pahlawan, Kami Akan Melanjutkan Langkah Bersama PKS”. Dalam iklan ini PKS memunculkan foto-foto tokoh penting. Mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Ahmad Dahlan, Hasyim Asyari, Muhammad Natsir, Muhammad Hatta, Jenderal Sudirman, dan Bung Tomo. Kemunculan sosok Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa dalam iklan ini mengundang sejumlah gugatan.
Pengamat politik menilai iklan yang mencomot gambar Soeharto ini sebagai langkah strategis mendulang suara di Pemilu nanti. Sementara Praktisi periklanan menganggap iklan PKS sebagai manuver politik yang jitu: "Mereka (PKS) cerdas memanfaatkan suatu yang tak dilirik sama partai lain," kata Ndang Sutisna, praktisi periklanan. ”Sosok mantan penguasa orde baru ini memang sarat muatan politik. Namun semakin sering iklan PKS diperbincangkan semakin banyak partai yang berlandaskan Islam ini menangguk keuntungan dengan segala pro dan kontra di balik sosok Soeharto”. (Iklan PKS Kembali Menuai Kontroversi, www.liputan6.com, 3/11/2008 06:35 – PKS)
”Hanya dengan durasi iklan yang tak sampai 30 detik dan waktu penayangan yang cuma 3 hari, ditambah pula dengan waktu penayangan yang bukan pada saat prime time, namun mampu untuk menarik perhatian segala lapisan masyarakat bahkan hingga satu bulan lamanya. Tidak hanya itu, beberapa stasiun televisi mengadakan dialog yang khusus membahas iklan tersebut. Sedangkan ditinjau dari segi biaya, iklan PKS termasuk iklan yang membutuhkan paling sedikit biaya (Rp. 1-2 Miliar) jika dibandingkan dengan iklan-iklan dari parpol lainnya” (http://inilah.com/berita/citizen-journalis/ 2009/02/19/84761/pks-penuh-manuver/, Jumat, 20/02/2009 06:16:52).
Dalam dunia pemasaran, bentuk promosi yang kontroversial sebetulnya merupakan salah satu cara paling efektif dan tentu saja efisien dalam memperkenalkan suatu produk (partai dalam hal ini). “If you want to be popular, you have to be controversial”. Dikatakan efektif karena mampu mengundang atensi publik secara berlebihan, dan efisien karena biasanya cost yang dikeluarkan relatif kecil. Salah satu strategi persuasi dalam kampanye adalah mengajak khalayak untuk berpikir. Sebuah pesan dapat membawa perubahan perilaku jika dapat memunculkan pemikiran positif dalam diri khalayak (Venus, 2007: 45). Melalui kontroversinya, PKS mengajak khalayak sasarannya untuk berpikir dan terlibat dalam kampanye secara langsung. Meskipun ada yang kontra, tetapi tidak sedikit pula yang memandang positif terhadap iklan-iklan ini.
Selain itu, PKS merupakan partai yang paling banyak mencalonkan Caleg perempuan. Dalam urutan nomor setiap Caleg daerah, salah satu dari urutan lima besar diharuskan minimal satu Caleg perempuan. Dan cara penokohan Caleg perempuan ini pun terbilang unik, di Palembang, salah satu caranya adalah dengan melakukan penganugrahan penghargaan pada Caleg-Caleg perempuan ini berdasarkan prestasi yang dimilikinya: ”DPW PKS Sumsel Pilih 8 Inspiring Women”. Pemilihan jumlah angka 8 orang wanita ini juga berdasarkan pada nomor urut PKS sebagai partai peserta Pemilu. (http://www.detiknews.com/read/2008/12/20/203430/1057046/10/dpw-pks-sumsel-pilih-8-inspiring-women).
Partai Keadilan Sejahtera termasuk salah satu partai yang kreatif dalam strategi kampanyenya. Ia menjadi pelopor dalam penggunaan telepon seluler sebagai media kampanye. NSP, Nada Sambung Pribadi dengan lagu kampanye PKS (www.pks.com: Jumat, 27/03/2009 15:13:11). Selanjutnya, kader-kader PKS juga berkampanye langsung ke masyarakat melalui program ketuk 1000 pintunya, yang tidak hanya dilakukan ketika moment kampanye tiba. Kader-kader PKS turun langsung menemui masyarakat untuk memperkenalkan partai dan calon legislatif yang di usung. Hal ini dilakukan dengan sangat rapih. Kader-kader PKS di Palembang misalnya, membagi wilayah dan SDM berdasarkan Dapil untuk melaksanakan ketuk 1000 pintu ini. Tidak hanya sekedar menempelkan stiker di pintu, kader-kader PKS melakukan pendekatan personal dan mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial yang rutin dilakukan PKS: pengobatan gratis dan imunisasi untuk anak-anak. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa kampanye yang dilakukan PKS adalah kampanye komunikatif yang berorientasi pada khalayak dan menekankan pentingnya interaksi dan dialog dengan khalayak sasaran (Venus, 2007: 27). Tidak heran jika basis massa PKS yang terbentuk adalah basis massa yang solid.
Terbukti pada aksi memutihkan Palembang pada 3 April 2009 lalu, yang juga berlangsung sukses di kota-kota besar lainnya. Kampanye terbuka yang saat ini dinilai tidak lagi ramai dan efektif berhasil di patahkan partai ini. Sekadar tambahan, kampanye terbuka di Lapangan Parkir Bumi Sriwijaya ini sekaligus menjadi ajang penggalangan dana untuk bencana Situ Gintung. Gerakan sosial yang hampir selalu mewarnai kegiatan kampanye partai ini. Disamping itu, tema yang diambil agak berbeda dengan partai lainnya: ”Hadirkan DPR dan DPRD yang bersih”(Harian Umum Kompas, Senin, 30 Maret 2009). Harian di daerah tersebut menuliskan: ”Kampanye PKS Sumsel Usung Isu Anti Korupsi Palembang”. Dalam orasinya beberapa tokoh-tokoh PKS di Sumsel mengemukakan kondisi kerusakan jalan di daerahnya yang terus berlanjut antara lain akibat pelaksanaan proyek pembangunan fisik yang tidak optimal dan terjadi korupsi di dalamnya. (ANTARA News, http://www.antara.co.id/print/1237935408, Rabu, 25 Maret 2009 05:56 WIB)
PKS memang selalu berbeda, jika kita perhatikan dengan saksama, di semua iklannya PKS tak pernah memberikan janji ataupun iming-iming kepada masyarakat yang menjadi target pasarnya. Hal ini tentu saja berbeda dengan iklan-iklan parpol lain yang cenderung mengiming-imingi sesuatu kepada masyarakat, seperti sembako murah, perbaikan ekonomi, perbaikan nasib petani, dan lain sebagainya.
PKS sangat cermat dalam melakukan setiap gerakan kampanye yang dilakukannya. Kampanye Terbuka/Rapat Umum di kota Palembang misalnya, dilaksanakan agak berbeda dengan kampanye terbuka partai lainnya. Konsep yang digunakan adalah kesederhanaan. Hiburan dalam kampanye terbuka ini diisi oleh tim nasyid lokal dan nasional, bukan artis Ibu Kota terkenal. Orasi politik disampaikan langsung oleh Hidayat Nur Wahid yang sebelumnya keliling Kota Palembang dengan menggunakan bajaj. Konvoi bajaj ini dimaksudkan untuk memasyarakatkan kendaraan rakyat ini di kota Palembang. Konsep panggung dibuat lesehan, sehingga para Caleg dan tokoh yang hadir besama-sama duduk di lantai panggung, hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa CAD PKS mau dan mampu untuk duduk bersama-sama dengan rakyat. Tag line yang diambil adalah ”Bersama PKS Bersihkan Palembang” (http://www.antara.co.id/ view/?i=, Rabu, 25 Maret 2009 05:56 WIB).
Kampanye terbuka dimulai pada 16 Maret 2009. Dalam pemilihan media kampanye, media massa masih menjadi yang terfavorit. Mulai dari baliho, media cetak, radio, dan televisi. Tidak ketinggalan juga media baru internet. Face book yang sedang in dikalangan anak muda ikut dimanfaatkan. Berbagai macam strategi kampanye dilakukan. Ditambah lagi, cara-cara lama seperti kampanye terbuka memerlukan biaya yang tidak sedikit. Rapat terbuka yang biasanya ramai dilakukan dilapangan kebanggaan ibu kota provinsi, sudah jarang terlihat. Kalaupun ada, tidak seramai kampanye-kampanye pada Pemilu terdahulu.
Kampanye terbuka saat ini dinilai tidak lagi efektif: “Makna kampanye terbuka memang untuk memperkenalkan lebih dekat atas sebuah parpol kepada masyarakat. Namun apabila kampanye terbuka ini dijadikan ajang untuk mengubah persepsi dan mempengaruhi masyarakat untuk memilih parpol tertentu, maka menjadi tidak efektif. Saat ini masyarakat cenderung bersikap pragmatis sehingga sangat tidak efektif bila parpol mengharapkan perolehan suara meningkat hanya dengan melakukan kampanye terbuka. Massa hanya memanfaatkan moment Pemilu untuk memperoleh beragam macam barang dan fasilitas partai seperti kaos, topi, layanan pengobatan gratis, pasar murah, bahkan uang. Ketidakefektifan kampanye terbuka juga dapat dilihat saat memobilisasi massa dalam jumlah besar. Pesan-pesan partai kemungkinan besar tidak tersampaikan karena mereka hanya ingin berhura-hura melepas semua kejenuhan dan rutinitas sehari-hari. Idealnya parpol menyampaikan visi dan misi yang jelas kepada masyarakat, sayangnya masih banyak yang suka pengerahan massa. Padahal waktu sangat mepet sehingga untuk menyampaikan misi dan visi terlalu pendek”. (Suswanta dalam artikel ”Kampanye Terbuka Dinilai Tidak Efektif”, Suara Merdeka, Jumat, 27 Maret 2009). Karena itu dapat dimengerti jika PKS menyentuh lini-lini yang tidak biasa dalam kampanyenya. Partai-partai politik dituntut untuk melakukan komunikasi yang efektif ke khalayak sasarannya untuk mencapai tujuan dalam Pemilu.
Firmanzah, dalam bukunya Marketing Politik menyebutkan bahwa ada dua jenis kampanye, yaitu kampanye Pemilu yang hanya dilakukan menjelang Pemilu dan kampanye politik yang sifatnya jangka panjang dan terus menerus (2008: 275). PKS melakukan jenis kampanye yang kedua, yang sifatnya jangka panjang dan terus-menerus.
PKS merupakan partai yang cukup fenomenal. Satu tahun diawal kemunculannya, partai ini mampu menduduki peringkat ketujuh pada Pemilu 1999. Dalam Pemilu 2004, PKS kembali membuat kejutan dengan menduduki peringkat ketiga dengan mengalahkan partai-partai islam besar pemain lama seperti PKB(Partai Kebangkitan Bangsa), PAN(Partai Amanat Nasional), dan PPP(Partai Persatuan Pembangunan). Dari 459 Pilkada Kabupaten/Kota sepanjang tahun 2005-2009, PKS mampu memenangkan 76 calon yang diusungnya untuk duduk sebagai kepala daerah. (Peta Politik Harian Umum Kompas, Selasa, 24 Maret 2009)
Pelan tapi pasti partai ini terus memperpanjang basis massanya yang solid. Dalam sebuah penelitian strategi kampanye PKS DPW Jakarta pada Pemilu 2004 yang telah dilakukan sebelumnya (abstrak.jsp.htm), hasil penelitian menunjukkan, strategi yang membuat PKS unggul di Jakarta terdiri dalam lima tahap diantaranya : strategi diawali dengan melakukan penelitian terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan perumusan strategi (tahap pra kampanye), kemudian strategi dilanjutkan dengan melakukan kegiatan direct selling, bazar, pawai (tahap kampanye), strategi selanjutnya adalah pelatihan saksi intelektual (tahap minggu tenang), terakhir strategi yang diterapkan oleh DPW PKS Jakarta adalah melakukan pengawasan pada saat pemungutan suara melalui saksi-saksi mereka yang ditempatkan diseluruh TPS serta turut melakukan penghitungan suara internal dengan sistem quick count (tahap pemungutan dan penghitungan suara). Strategi ini menunjukkan bahwa dalam Pemilu 2004, DPW PKS Jakarta melakukan praktik manajemen kampanye dengan baik. Hal ini terlihat dari tahapan-tahapan yang dilakukan: perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.
Kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu (Gudykunts & Mody, 2002 dalam Venus, 2007: 8). Melalui media, kampanye adalah alat partai untuk mencapai tujuannya memenangkan Pemilu 2009, dengan meraih simpati masyarakat untuk mencontreng partainya. Masih dalam buku yang sama, Venus menjelaskan salah satu jenis kampanye adalah candidate-oriented campaigns atau disebut juga dengan political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum (2007: 11). Untuk mencapainya, di tengah persaingan yang begitu ketat, partai-partai ini harus mampu bertanding sekreatif mungkin.
Diperlukan strategi dalam berkampanye untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kampanye untuk mempersuasi mayarakat. Pesan yang disampaikan juga harus disesuaikan dengan khalayak sasaran yang dituju. Walaupun mendapat arahan kampanye secara terpusat, seperti kampanye terbuka yang dilakukan di Palembang dengan konsep ”sederhana”, pelaksanaan kampanye PKS membutuhkan penyesuaian ketika diterapkan di daerah-daerah. Tujuan utama dari pesan politik adalah menggerakkan masyarakat. Hal ini tidak akan tercapai tanpa adanya isu politik yang benar-benar mencerminkan kondisi masyarakat (Firmanzah, 2008: 262). Selain itu, demokrasi merupakan salah satu sistem yang sengaja dipilih untuk mengakomodasi aspirasi politik yang menuntut keterlibatan sebanyak mungkin warga negara disatu sisi, sementara disisi lain, proses untuk bisa menyentuh partisipasi seluruh warga itu akan bergantung pada fasilitas informasi dan komunikasi yang memungkinkan satu sama lain dapat berinteraksi (Muhtadi, 2008: 4).

B. Perumusan Masalah
Tidak mudah mengarahkan pilihan masyarakat dalam Pemilu. 38 partai peserta yang semakin berwarna harus membuat strategi komunikasi kampanye yang kreatif dan berbeda dalam berkompetisi. Tidak heran jika ditemukan banyak cara-cara baru dalam berkampanye. Meskipun semua bentuk kampanye dilakukan untuk satu tujuan yang sama, yaitu mempromosikan partai politik yang bersangkutan, agar masyarakat dapat terbujuk untuk mengalihkan pilihannya pada partai politik tersebut.
Dalam kampanye Pemilu 2009 PKS menjalankan banyak strategi dalam komunikasi kampanyenya, mulai dari iklan televisi sampai dengan mendatangi rumah warga satu per satu untuk mempersuasi masyarakat. Hal ini berbuah manis, target minimal PKS tercapai. Dalam perolehan suara di kota Palembang PKS menempati peringkat ke-4 dan mendapatkan satu kursi di setiap Dapil, serta menduduki kursi wakil ketua DPRD. Dalam akumulasi nasional, terjadi peningkatan suara menjadi 8,12% saat ini. Walaupun peningkatan akumulasi suara sedikit, hal ini bertentangan dengan analisa pakar politik yang memprediksi suara PKS tidak akan bertambah dari Pemilu sebelumnya (sekitar 7%). Hal ini menjadi tidak biasa karena potensi pemilih masyarakat Kota Palembang yang dapat berubah lebih dari 50 % terhadap partai pilihan sebelumnya (www.cpss-indonesia.com).
Lalu, bagaimanakah sebenarnya strategi kampanye yang dijalankan PKS, bagaimana strategi komunikasi dalam kampanye PKS dilakukan? Onong Uchjana Effendy membagi strategi komunikasi ini menjadi dua bagian yaitu perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi (2006: 32). Bagaimana perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi yang dilakukan dalam kampanye PKS pada Pemilu 2009 untuk menarik simpati masyarakat hingga mencapai perolehan suara yang ditargetkan?

C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan kajian, menguraikan, dan menjelaskan strategi komunikasi kampanye politik PKS Palembang dalam Pemilu 2009.

D. Metodologi Pelaksanaan Program
Penelitian terdiri dari kegiatan pengumpulan data, analisis data, pembahasan, dan penulisan laporan. Semua kegiatan penelitian ini dilakukan dengan metodologi:

1. Metodologi Penelitian
Pendekatan metodologi dalam penelitian ini termasuk kategori kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, mendeskripsikan data tanpa mengoperasionalisasi konsep atau menguji konsep pada realitas yang diteliti (Kriyantono, 2008: 65-67). Riset deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian (Simamora, 2004: 107). Penelitian ini menggambarkan dan menguraikan strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009.

2. Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, sebagai pelaku, PKS adalah subjek dari penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, kebijakan kampanye terpusat PKS harus disesuaikan kembali dengan latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di daerah masing-masing. Tim Pemenangan Pemilu Daerah diharuskan melakukan inovasi dalam melakukan strategi komunikasi di daerah masing-masing. Dari sekian banyak strategi komunikasi kampanye yang dilaksanakan, hanya tiga kegiatan yang dikoordinasi Tim Pemenangan Pemilu Nasional, yaitu iklan televisi, iklan radio, dan nada sambung pribadi. Hal ini disebabkan oleh latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di Indonesia yang sangat beragam.
Dari 5 besar perolehan suara PKS, Palembang tercatat sebagai satu-satunya daerah di luar pulau Jawa, setelah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta (www.pks.com). Tidak seperti Jawa Tengah yang dengan basis massa yang nasionalis, atau massa Jawa Barat yang agamis, latar belakang politik Palembang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan cukup dinamis. Dipimpin oleh Walikota yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Gubernur Sumatera Selatan dari Partai Golkar, membuat keberpihakan masyarakat Palembang terhadap partai politik susah diidentifikasikan. Dalam survei yang dilakukan oleh Centre for Policy and Strategic Studies (www.cpss-indonesia.com) mengenai derajat kemungkinan perubahan atas pilihan partai politik saat Pemilu 2009, didapat hasil sebagai berikut: PDIP 60,5%, Demokrat 54,7%, Golkar 58,8%, PKS 59,6%, PAN 62,2%, PKB 63,3%, dan PNI Marhaenisme 59,3%. Masing-masing partai mempunyai kemungkinan lebih dari 50% untuk tidak dipilih lagi. Dan semua partai ini juga memiliki kesempatan besar yang sama untuk merebut simpati massa yang ingin berubah pilihan. Oleh karena itu, PKS harus berupaya keras untuk mencapai target perolehan suara di daerah ini. Demikian juga partai lainnya. Persaingan merebut simpati ini dapat dilihat dari kampanye terbuka atau rapat umum dimana semua partai menghadirkan tokoh utamanya: PKS dengan Hidayat Nur Wahid, Demokrat dengan SBY, PDIP dengan Megawati, Golkar dengan Jusuf Kalla, Gerindra dengan Prabowo, Hanura dengan Wiranto, dan lain-lain. PKS harus berjuang ekstra keras dan melakukan strategi komunikasi yang berbeda untuk meraih simpati massa Kota Palembang. Tidak sedikit kegiatan komunikasi yang dilakukan TPPD PKS Palembang, karena itu peneliti mengambil strategi komunikasi kampanye PKS Palembang sebagai subjek penelitian.

3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127 dan 158):
a. Wawancara
Mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada subjek penelitian.
b. Dokumen
Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, koran, dan lain-lain.

4. Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif:
Analisa data deskriptif kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipermukaan. Model tahapan analisis induktif adalah sebagai berikut (Bungin, 2008: 144):
a. Melakukan pengamatan sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada
b. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh
c. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi
d. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi
e. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum
f. Membangun atau menjelaskan teori

BAB IV
MODEL STRATEGI KOMUNIKASI KAMPANYE PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PADA PEMILU 2009

Bab ini berisi penarikan garis besar model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 dan pembangunan/penjelasan teori strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 berdasarkan hasil temuan penelitian, setelah sebelumnya dilakukan penjelasan perencanaan komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 pada BAB II, dan manajemen komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 pada BAB III.

A. Model strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009
Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti mendapati bahwa model komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 berbeda dengan model strategi komunikasi kampanye yang menjadi rujukan dalam penelitian ini. Jika dalam teori idealnya strategi komunikasi kampanye seharusnya dimulai dengan perencanaan, strategi komunikasi kampanye PKS diawali dengan riset/analisis yang kemudian menjadi dasar perencanaan dan manajemen komunikasi kampanye. Jika dalam perencanaan komunikasi menurut model ideal terdiri dari riset/analisis, penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik dan desain evaluasi, perencanaan dalam strategi komunikasi kampanye PKS terdiri dari penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi. Riset/analisis tidak berada dalam perencanaan komunikasi.
Dalam proses manajemen komunikasi kampanye, idealnya manajemen komunikasi terdiri dari perencanaan teknis, yaitu penerapan perencanaan komunikasi kampanye mulai dari riset/analisis di lapangan (uji coba), tujuan, segmentasi sasaran, pesan, taktik, dan desain evaluasi. Kemudian organizing SDM, pelaksanaan teknis, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye. Tetapi dalam manajemen komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009, PKS tidak menerapkan perencanaan yang telah dirancang, manajemen komunikasi kampanye beracuan langsung pada hasil riset. Manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang hanya terdiri dari dua proses, yaitu organizing dan pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye. Tidak ada perencanaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye dalam manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang.

B. Kekuatan dan kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009

1. Kekuatan strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009
Riset awal yang dilakukan PKS Palembang, political landscape Kotamadya Palembang melalui CPSS cukup komprehensif, mencakup semua hal yang perlu diketahui PKS Palembang untuk merumuskan perencanaan dan melaksanakan manajemen komunikasi kampanye. Secara detail riset ini mengupas aspek demografi responden, awareness level reponden atas Pemilu, analisis kompetisi (top of mind) semua partai politik, tingkat pengenalan gambar dan pengenalan nama PKS, elektabilitas semua parpol peserta Pemilu, analisis peluang dan loyalitas, analisis isu, analisis kompetensi, analisis tokoh kompetitor dan tokoh PKS, analisis metode kampanye, yang kemudian disimpulkan dan menghasilkan rekomendasi untuk perencanaan komunikasi kampanye PKS Palembang, yaitu desain yang akan diterapkan pada manajemen komunikasi kampanye.
Dari hasil riset ini pula dilakukan analisis terhadap situasi dan kondisi yang ada, sehingga PKS Palembang dapat menyesuaikan diri dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk melakukan kegiatan komunikasi kepada khalayak sasaran. Hasil riset ini sangat membantu dalam penyusunan tujuan, mengidentifikasi segmentasi sasaran, merumuskan pesan, menentukan taktik yang tepat untuk khalayak, dan mendesain konsep evaluasi yang akan mengontrol pelaksanaan kegiatan komunikasi.
Model strategi komunikasi kampanye PKS yang dimulai dari riset, kemudian penyusunan tujuan, identifikasi/segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi menghasilkan perencanaan yang matang dan rapih.
Selain riset yang komprehensif dan perencanaan yang rapih, kekuatan strategi komunikasi kampanye PKS lainnya dapat dilihat dari proses organizing dalam manajemen komunikasi kampanye. Berbeda dengan kompetitornya yang banyak menggunakan jasa konsultan kampanye, sebut saja salah satunya Demokrat, PKS mengerahkan semua kadernya mulai dari TPPN, TPPD, DPD, DPC, sampai dengan DPRa. PKS Palembang tidak perlu melakukan penyeleksian personel-personel yang akan menjadi tim kampanye, sebagai sukarelawan atau profesional yang harus dibayar. Disinilah letak keunikannya. Kader-kader PKS Palembang dengan sukarela dan penuh kesadaran menjadi bagian campaign organizer dan melaksanakan kegiatan-kegiatan komunikasi kampanye yang menjadi bagiannya.
Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki kader, artinya setiap pos dalam pembagian kerja diisi oleh tenaga-tenaga yang handal dibidangnya. Taktik yang dirancang didukung dengan organizing yang rapih dalam strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009. Organizing yang meliputi bidang fund rising, bidang pelayanan konstituen, bidang public relation, bidang kampanye, bidang advokasi dan hukum, bidang logistik, bidang HRD, bidang direct selling, bidang pengamanan suara, dan bidang optimalisasi jaringan ini sangat membantu pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang yang memutuskan menggunakan banyak media dalam taktiknya. Dalam organizing manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang dapat dikatakan baik karena penguasaan dan kerapihan pembagian kerja yang dilakukan.

2. Kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009
Pada Pemilu 2009, PKS mengawali strategi komunikasi kampanyenya dengan melakukan riset political landscape Kotamadya Palembang. Riset ini kemudian menjadi dasar bagi semua aspek perencanaan dan manajemen komunikasi, sehingga ia tidak menjadi bagian dalam perencanaan maupun manajemen komunikasi kampanye. Riset menjadi yang pertama dan utama dalam strategi komunikasi kampanye PKS Palembang.
Walaupun demikian, hasil riset seharusnya tidak langsung diterapkan dalam manajemen komunikasi kampanye. Manajemen kampanye membutuhkan lebih dari riset awal seperti ini. Tetapi PKS Palembang malah menerapkan hasil riset langsung kepelaksanaan kegiatan komunikasi dalam manajemen komunikasi kampanye. Hal ini mengakibatkan tidak adanya perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye. Perencanaan komunikasi kampanye yang sudah disusun sebagian besar menjadi tidak diterapkan dalam kegiatan komunikasi kampanye. Yang terjadi di lapangan adalah setiap kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang memiliki tujuan dan segmentasi yang berbeda-beda, tidak sesuai dengan perencanaan komunikasi yang sudah dilakukan.
Idealnya, perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye diawali dengan riset penerapan perencanaan komunikasi kepada khalayak sasaran. Riset uji coba dalam perencanaan teknis ini sangat penting untuk menguji perencanaan komunikasi-sebelum diterapkan dimanajemen komunikasi-untuk mengetahui apakah perencanaan komunikasi kampanye tepat sasaran atau tidak. Dengan riset dalam perencanaan teknis ini, seharusnya PKS Palembang dapat lebih fokus dan terarah untuk meraih tujuan maksimalnya.
Seperti yang dikatakan Venus (2007: 204), para ahli kampanye sepakat bahwa rencana kampanye, khususnya desain pesan, haruslah diuji coba terlebih dahulu untuk menentukan apakah rencana ini akan memberikan hasil yang diharapkan atau tidak. Jika hasil pengujian ini positif maka perencanaan komunikasi ini dapat diaplikasikan ke manajemen komunikasi kampanye, tetapi jika tidak, dapat disusun rencana lain yang lebih tepat untuk khalayak sasaran. Tujuan utama dari riset pasar adalah mempersiapkan organisasi politik untuk melakukan langkah-langkah adaptasi terhadap semua perubahan yang terjadi (Firmanzah 2008: 167). Sehingga dapat lebih fokus, efektif, dan efisien dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki, baik dari sisi biaya, waktu, dan tenaga SDM.
Pesan yang didesain disebarkan melalui banyak media kepada berbagai macam demografis pemilih Palembang tanpa diuji dulu efektifitasnya, inilah kesalahan utama pada strategi komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Tidak ada perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye. Karena inilah PKS Palembang tidak berhasil meraih suara khalayak sasarannya, suara pemilih muda (35% pemilih). Komunikasi kampanye PKS Palembang menggunakan banyak media, tetapi tidak fokus, terutama pada segmentasi utamanya.
Setiap kelompok masyarakat mempunyai karakteristik yang berbeda. PKS Palembang harusnya dapat berhati-hati untuk memahami hal ini. Terutama kharakteristik khalayak sasaran utama. Menggunakan satu pendekatan untuk semua krakteristik akan membuat tidak efektifnya pendekatan tersebut (Firmanzah, 2008: 209). Kesesuaian pemilihan pesan, cara menyampaikannya, bahasa yang dipilih, media yang dipilih dengan kondisi riil masyarakat dilapangan sangat mempengaruhi hasil persuasi kepada masyarakat.
Pesan Bersih, Peduli, Profesional terlalu elitis untuk diterapkan pada pemilih dengan demografis masyarakat berpendidikan menengah ke bawah, seperti yang banyak dilakukan PKS Palembang. Kata-kata ini sukar dimengerti masyarakat yang sehari-harinya hanya dipenuhi pikiran untuk bisa makan hari ini. Walaupun PKS Palembang mencoba mendekati khalayak sasaran ini dengan iklan di Radio dengan segmentasi yang sama, pendekatan melalui musik dangdut dan bahasa daerah melalui iklan radionya, tetap saja kampanye ini tidak tepat sasaran, mengingat target utama PKS Palembang adalah pemilih muda, 35% suara dari total pemilih, yang pencapaiannya-jika tercapai-melebihi target utama 20% suara.
Sementara itu dalam pelaksanannya PKS Palembang kemudian lebih memilih untuk fokus ke daerah sasaran yang menurut hasil riset tingkat pengenalan PKS Palembang masih sedikit. Daerah-daerah basis massa (juga menurut hasil suvei) ditinggalkan sementara karena dianggap sudah aman, dipastikan masyarakat di daerah basis massa ini akan memilih PKS, sehingga tidak perlu diterpa lebih banyak komunikasi lagi, PKS Palembang memilih untuk berekspansi ke daerah sasaran lain. Padahal dalam diskusi dan analisis hasil riset political landscape Kotamadya Palembang sudah disepakati bahwa pemilih setia PKS perlu dievaluasi karena tingkat kemungkinan untuk pindah ke partai lain cukup besar, yaitu 59,6%.
PKS Palembang melupakan bahwa dalam masa kampanye itu, khalayak sasaran diterpa berbagai macam pesan kampanye dari kompetitor-kompetitor PKS Palembang, setiap saat, melalui berbagai media di berbagai tempat. Pilihan ini membuat PKS Palembang banyak kehilangan suara pemilih potensial di daerah-daerah yang dianggap sudah aman. Inilah kesalahan strategi komunikasi kampanye PKS yang selanjutnya, sebagai efek beruntun dari kesalahan yang utama. PKS Palembang melupakan targeting utamanya.
Seharusnya PKS Palembang dapat memilih untuk fokus kepada khalayak sasaran utama, tidak berpaling pada hasil survei baik dalam tingkat pengenalan PKS berdasarkan geografis ataupun cara-cara kampanye yang disukai masyarakat. Karena semua itu sudah dianalisis dan cukup diterapkan dalam perencanaan komunikasi kampanye, untuk kemudian diterapkan secara rapih ke dalam perencanaan dalam manajemen komunikasi kampanye, mulai dari riset penerapan, tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, pesan, taktik, dan desain evaluasi. Pelaksanaan komunikasi kampanye yang tidak fokus ini menjadi tidak efisien, mengingat banyaknya biaya dan tenaga yang dikeluarkan untuk mencapai khalayak sasaran yang bukan targeting utama komunikasi kampanye PKS Palembang.
Demikianlah efek yang timbul dari tidak adanya perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang. Selanjutnya, PKS Palembang hanya menerapkan organizing dan pelaksanaan dalam proses manajemen komunikasinya.
Sebagaimana yang dikatakan Terry (Lihat BAB I, hal. 30) manajemen selalu terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan. Dan menurut Venus (Lihat BAB I, hal. 31) manajemen terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Pada kenyataannya, manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang hanya terdiri dari dua proses, yaitu organizing dan pelaksanaan. Tidak ada pengawasan ataupun evaluasi dalam manajemen komunikasinya.
Pada awalnya memang PKS Palembang merumuskan desain evaluasi untuk diterapkan ke dalam manajemen komunikasi. Yaitu evaluasi pada tahap kampaye, apakah kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 tepat sasaran atau tidak, dengan indikasi keterjangkauan dan perhatian khalayak. Namun pada pelaksanaannya, ternyata PKS Palembang sama sekali tidak melakukan evaluasi dalam manajemen komunikasi kampanye yang dilakukannya. Padahal evaluasi sangat penting untuk mengontrol pelaksanaan, mengetahui kelebihan dan kekurangan kegiatan komunikasi kampanye sehingga dapat dijadikan rekomendasi untuk kegiatan kampanye selanjutnya. Apalagi dalam dunia politik dimana terjadi kompetisi pemenangan Pemilu setiap lima tahun sekali.
Dalam pelaksanaannya, PKS Palembang tidak melakukan pengecekan siapa saja yang hadir dalam kampanye terbuka misalnya, apakah sesuai dengan target marketnya atau tidak. PKS Palembang tidak melakukan pengecekan berapa rating acara televisi dan radio yang menampilkan iklan komunikasi kampanye PKS Palembang. Begitu juga dengan bakti sosial yang ditargetkan lewat penyebaran kupon sebelum hari-H, penyebaran RBT/NSP, dan kegiatan kampanye lainnya. Tidak ada pengecekan berapa banyak dan apakah khalayak sasaran yang diterpa sesuai dengan taget market yang ditetapkan atau tidak. Pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye ini selesai begitu saja tanpa ada tindak lanjutnya.
Inilah kesalahan fatal PKS Palembang yang selanjutnya dalam strategi komunikasi kampanye pada Pemilu 2009. Jika dilakukan dengan benar, evaluasi dapat mengendalikan pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye. Evaluasi memagari kegiatan komunikasi kampanye agar terfokus pada tujuan, efektifitas, efisiensi sumberdaya, dan pada akhirnya mewujudkan manajemen komunikasi kampanye yang terarah dan teratur sehingga memudahkan untuk penilaian dan menghasilkan rekomendasi. Seperti yang dikatakan Gregory (2004; 140), alasan perlunya melakukan evaluasi adalah untuk memfokuskan usaha, menunjukkan keefektifan, memastikan efisiensi biaya, mendukung manajemen yang baik, dan memfasilitasi pertanggungjawaban.
Jika dalam pelaksanaan komunikasi PKS Palembang selalu memperhatikan dan beracuan pada target yang ingin dicapai, dan selalu memperhitungkannya, pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye akan terfokus pada perencanaan komunikasi yang telah dilakukan. Dengan demikian tujuan maksimal PKS Palembang pada Pemilu 2009 mustahil tidak tercapai. Semestinya dengan tercapainya tujuan maksimal ini PKS Palembang dapat menunjukkan nilai-nilainya. Konsentrasi pada hal-hal yang prioritas, perencanaan komunikasi kampanye dalam hal ini, akan menghemat biaya dan waktu untuk pencapaian tujuan dan memberikan hasil yang baik. Manajemen yang berdasarkan pada tujuan dengan sasaran yang jelas harusnya dapat memberikan hasil yang tajam pada pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Keuntungan-keuntungan yang sudah di depan mata ini lewat begitu saja dari hadapan PKS Palembang, karena tidak menerapkan evaluasi dalam manajemen komunikasi kampanyenya. Evaluasi tidak cukup hanya direncanakan saja, tetapi penerapannya saat pelaksanaan kampanye harusnya tidak dilupakan.
Dalam strategi komunikasi kampanye PKS Palembang, tahap perencanaan komunikasi dilakukan dengan sangat baik. Tetapi PKS Palembang melakukan banyak kesalahan dalam tahap manajemen komunikasi. Perencanaan komunikasi yang matang tidak diterapkan sepenuhnya. PKS Palembang melupakan perencanaan dan evaluasi dalam manajemen komunikasi. Sehingga pada akhirnya pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 menjadi tidak fokus.

BAB V
PENUTUP

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model strategi komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Oleh karena itu dalam penelitian ini dipaparkan perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009. Kampanye PKS Palembang dilakukan secara terpusat meskipun menyesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing, sehingga hasil penelitian ini dapat mewakili strategi komunikasi kampanye PKS secara keseluruhan pada Pemilu 2009. Metodologi yang digunakan adalah studi kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Melalui wawancara mendalam dan pengumpulan dokumen, peneliti menemukan dan menyimpulkan model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009. Saran dalam penelitian ini tidak hanya berlaku bagi partai politik saja, tetapi kepada semua pihak yang melakukan strategi komunikasi kampanye dalam berbagai bidang baik lembaga ataupun perorangan.

A. Kesimpulan
1. Model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 diawali dengan riset yang kemudian menjadi dasar perencanaan dan manajemen komunikasi. Tahap perencanaan komunikasi terdiri dari penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi. Tahap manajemen komunikasi terdiri dari organizing dan pelaksanaan kegiatan komunikasi.
2. Perencanaan komunikasi kampanye yang dilakukan berdasarkan hasil riset yang komprehensif menghasilkan perencanaan yang matang dan rapih. Hasil riset mencakup semua data yang dibutuhkan untuk penyusunan tujuan, identifikasi/segmentasi sasaran, perumusan pesan, taktik, dan desain evaluasi yang dilakukan secara berurutan.
3. Organizing dalam manajemen komunikasi kampanye PKS Palembang terbilang baik karena penguasaan dan kerapihan pembagian kerja yang dilakukan. Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki kader, setiap pos diisi oleh tenaga-tenaga ahli dibidangnya.
4. Manajemen komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 hanya terdiri dari organizing dan pelaksanaan yang didasarkan langsung pada hasil riset. PKS Palembang tidak menerapkan perencanaan komunikasi yang sudah disusun rapih. Hal ini menyebabkan tidak adanya perencanaan teknis dalam manajemen komunikasi kampanye sehingga pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye PKS Palembang tidak fokus pada segmentasi.
5. Desain evaluasi kegiatan komunikasi kampanye yang sempat dirumuskan juga tidak diterapkan dalam manajemen komunikasi kampanye sehingga tidak ada yang melakukan kontrol dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye.
6. Meskipun model strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 memiliki perencanaan komunikasi dan organizing yang rapih, tidak diterapkannya perencanaan teknis dan evaluasi dalam manajemen komunikasi kampanye menyebabkan tidak fokusnya pelaksanaan kegiatan komunikasi kampanye dan pada akhirnya tidak tercapainya target maksimal PKS Palembang pada Pemilu 2009.

B. Saran
1. Dalam melaksanakan strategi komunikasi kampanye, partai politik/lembaga/perorangan yang melakukan tidak boleh melupakan perencanaan komunikasi. Perencanaan teknis sebagai implementasi perencanaan komunikasi, yang didalamnya terdapat riset uji coba terhadap perencanaan komunikasi yang telah dirancang penting untuk membuat kegiatan komunikasi yang dilakukan tepat sasaran, yakni sampai pada khalayak sasaran dan mendapat perhatian khalayak sasaran.
2. Fokus pada segmentasi dapat membuat kegiatan komunikasi kampanye yang dilakukan partai politik/lembaga/perorangan lebih efektif dan efisien, yaitu fokus pada tujuan utama dan penghematan sumber daya yang dimiliki, jika tidak akan terjadi banyak pemborosan baik dari segi logistik, tenaga, dan waktu.
3. Mengenali khalayak sasaran sangat penting bagi partai politik/lembaga/perorangan yang melaksanakan strategi komunikasi kampanye agar pesan, bahasa, dan media yang dipilih sesuai dengan khalayak sasaran dan dapat mempengaruhi khalayak sasaran untuk tercapainya tujuan strategi komunikasi kampanye.
4. Dalam melakukan analisis hasil riset, sebaiknya menggunakan metode SWOT dan atau PEST, tidak hanya diskusi internal dan lembaga riset saja, metode ilmiah dalam analisis membuat hasil analisis lebih objektif, sehingga dapat benar-benar mewakili kebutuhan khalayak sasaran dan pelaksana strategi komunikasi kampanye itu sendiri.
5. Memiliki SDM yang solid saja tidak cukup untuk sebuah partai politik/lembaga/perorangan dalam melaksanakan strategi komunikasi kampanye yang tepat sasaran. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa PKS Palembang yang melakukan kampanye secara terpusat, meskipun disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing, melibatkan mulai dari TPPN, TPPD, DPD, DPC, sampai dengan DPRa, tidak dapat mencapai tujuan maksimalnya dan melakukan banyak kegiatan yang tidak fokus terutama pada segmentasi. Menggunakan jasa konsultan kampanye politik bisa menjadi alternatif yang baik agar partai politik/lembaga/perorangan lebih teliti dan hati-hati dalam menjalankan strategi komunikasi kampanye, mengingat dalam masa kampanye yang ditetapkan oleh KPU (dalam kasus Pemilu/Pilgub/Pilkada), khalayak sasaran diterpa banyak pesan di berbagai tempat, melalui berbagai media, di setiap waktu.
6. Tercapainya target minimal dalam tujuan strategi komunikasi kampanye PKS Palembang mengakibatkan strategi komunikasi kampanye PKS pada Pemilu 2009 terlihat tepat sasaran dan efektif. Padahal dalam prosesnya, PKS Palembang banyak melakukan kesalahan fatal terutama dalam manajemen komunikasi yang tidak beracuan pada perencanaan komunikasi. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap strategi komunikasi kampanye PKS Palembang pada Pemilu 2009 untuk mengukur efektifitas strategi komunikasi kampanye yang sebenarnya, karena hasil penelitian lebih lanjut ini akan menyempurnakan pembelajaran yang didapatkan PKS dalam melaksanakan strategi komunikasi kampanye dalam Pilkada, Pilgup, dan Pilpres selanjutnya, serta dapat juga menjadi pembelajaran yang baik bagi partai/lembaga/ perorangan yang juga melakukan strategi komunikasi kampanye di berbagai bidang.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Arifin, Prof. Dr. Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya OFFSET Bandung.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Firmansyah. 2008. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gregory, Anne. 2004. Perencanaan dan Managemen Kampanye Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran (edisi keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Muhtadi, Asep Saiful. 2008. Komunikasi Politik Indonesia (Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakaya.
Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi(Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press.
Simamora, Bilson. 2004. Riset Pemasaran (Falsafah, Teori, dan Aplikasi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Media cetak
Harian Umum Kompas, Senin, 30 Maret 2009
Peta Politik Harian Umum Kompas, Selasa, 24 Maret 2009
Suswanta dalam artikel ”Kampanye Terbuka Dinilai Tidak Efektif”, Suara Merdeka, Jumat, 27 Maret 2009

Website
DPW PKS Sumsel Pilih 8 Inspiring Women, http://www.detiknews.com/read/2008 /12/20/203430/1057046/10/dpw-pks-sumsel-pilih-8-inspiring-women
http://www.antara.co.id/ view/?i=, Rabu, 25 Maret 2009, 05:56 WIB
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/11/10/60895/iklan-pks-iklanoportunis, 10/11/2008, 15:14
http://www.pks-kaltim.or.id/?page=page&act=view&id=184:27/03/2009, 15:13:11
Iklan PKS Dipersoalkan, www.liputan6.com, 31/10/2008, 18:23 – PKS
Iklan PKS Kembali Menuai Kontroversi, www.liputan6.com, 3/11/2008, 06:35 – PKS
Iklan Politik PKS yang Kontroversi, http://tv.kompas.com/content/view/8446/2/, Sabtu, 15 November 2008, 09.22 WIB
Kampanye PKS Sumsel Usung Isu Antikorupsi. http://www.antara.co.id/print/1237935408, Rabu, 25 Maret 2009, 05:56 WIB
www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-115892.pdf: 4/28/2009, 12:54 PM

No comments:

Tak SebeNing Namamu

Ning, konon begitu namamu Itu yang kudengar dari angin yang berhembus kencang Ning, sayang nasib tak  begitu ramah menghampirimu Gentar sese...