Aku dan roti
Sama-sama mati
Dalam diam kami menikmati
Terhanyutnya sisa-sisa hati
Menyakini satu bait saja dalam puisi hayati
Bahwa Hanya ada satu hal yang pasti
Segera kutelan roti
Setidaknya, kujadiakan dia berarti
Bagi seseorang yang menunggu mati
Setelah detak ditusuknya dengan belati
Menuju peraduan pasti
Dan sejati
Dan sejati
Meski mengingkar kodrati
Sunday, February 13, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tak SebeNing Namamu
Ning, konon begitu namamu Itu yang kudengar dari angin yang berhembus kencang Ning, sayang nasib tak begitu ramah menghampirimu Gentar sese...
-
Kita adalah Lumpur Yang muncul pelan – pelan mengganas Menghitamkan seluruh Mulai dari pinggir hingga ke jalan tol Ini bukan prosa yang dipe...
-
Kenapa perempuan harus didominasi oleh perasaan? Kenapa kejujuran kadang tidak menyenangkan? Kenapa saat ada yang menyadarkan kembali pad...
-
Siapakah kita di dunia ini? Pertanyaan ini sering kali dilontarkan ketika eksistensi kita dipertanyakan. Terkadang kita ragu dengan diri ki...
No comments:
Post a Comment