Monday, April 24, 2017

MENDEFINISIKAN LITERASI MEDIA UNTUK INDONESIA (ABSTRAK)

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi muncul seperti arus yang tidak bisa dibendung. Mulai dari televisi, gadget, hingga internet. Berbagai konten menerpa tanpa bisa dihindari, memunculkan dampak yang tidak sehat: ketergantungan, kekerasan, pornografi, kerenggangan hubungan manusia, dan sebagainya. Literasi media muncul sebagai sebuah solusi. Para ilmuwan percaya bahwa semakin media literate seseorang, semakin ia terhindar dari dampak buruk konten yang ditampilkan media massa. Beberapa Negara di Amerika dan Eropa bahkan telah lama memasukkan literasi media ke dalam kurikulum pendidikan, Banyak penelitian literasi media telah dihasilkan. Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai literasi media mulai berkembang karena dampak buruk media makin terasa. Literasi media merupakan keterampilan yang mutlak dibutuhkan untuk dikuasai dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi. Tetapi karena literasi media ini merupakan kemampuan yang sangat mendasar dan cukup kompleks, terjadi ketidakseragaman oleh para ilmuwan dalam mendifinisikannya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, penulis akan membahas perkembangan definisi literasi media oleh para ilmuwan dan merumuskan definisi literasi media yang tepat untuk Indonesia, berdasarkan tantangan lokal literasi media di Indonesia dan pengalaman riset yang pernah dilakukan. Hasilnya, definisi literasi media yang tepat untuk Indonesia adalah kemampuan mengakses dengan kesadaran penuh akan tujuan, mengenali pesan, mengenali pola, memahami arti, menganalisa (baik dan buruk), mengevaluasi (kelemahan dan kelebihan), mengelompokkan (persamaan dan perbedaan), mendeduksi informasi, menginduksi informasi, mensintesiskan informasi, dan mengabstraksikan informasi (positif dan negatif).

Tulisan ini merupakan salah satu tugas kuliah penulis selama berkuliah di S2 Ilmu Komunikasi dan Media UGM. Tantangan lokal literasi media yang maksud disini dirumuskan ke dalam beberapa faktor yang ditentukan berdasarkan fenomena literasi media yang banyak terjadi di Indonesia. Misalnya banyaknya tayangan bermuatan mistis yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Selain itu, faktor perbedaan tipikal masyarakat juga turut menentukan, yaitu masyarakat agraris, industri dan informasi.

Referensi utama yang penulis gunakan adalah teori literasi media menurut Potter (Media Literacy, 2001), dimana Potter mengurai setiap kemampuan literasi media masih berorientasi terutama pada media lama dan kemampuan berpikir manusia itu sendiri. Pemilihan teori ini oleh penulis dikarenakan penulis membahas literasi media pada masyarakat agraris, di salah satu daerah 3T di Indonesia, masyarakat yang baru mengenal terknologi seperti smart phone dan internet.

Silahkan berkomentar jika ingin berdiskusi.

Tak SebeNing Namamu

Ning, konon begitu namamu Itu yang kudengar dari angin yang berhembus kencang Ning, sayang nasib tak  begitu ramah menghampirimu Gentar sese...