Saturday, February 12, 2011

Korupsi dan Jilbab

Belakangan kita dikejutkan dengan hebohnya skandal korupsi yang dilakukan para petinggi negara, mulai dari Pejabat BUMN, Mentri, Wakil Presiden, sampai dengan pejabat di badan pemberantasan korupsi itu sendiri. Tidak hanya Indonesia, korupsi merupakan permasalahan urgent di seluruh dunia. Pada tahun 2003-2004, China ditetapkan menjadi negara paling korup di dunia oleh para peneliti dan aktivis anti korupsi, peringkat ini kemudian disusul oleh Indonesia, India, Brasil dan Peru. Di tahun 2005, China masih menduduki tempat teratas dan disusul oleh India, Brasil, Peru dan Filipina.
Ada cerita menarik tentang berhasilnya Indonesia keluar dari 5 besar negara terkorup di dunia, sebuah joke disalah satu teman menceritakan, ketika ditanya bagaimana Indonesia bisa keluar dari peringkat 5 besar dunia negara terkorup, dengan senyum dan santai pejabat Indonesia menjawab: “Gampang, sediakan saja uang yang cukup untuk para peneliti itu, kemudian berikan dan bilang supaya negara saya dikeluarkan dari peringkat lima besar”. Lalu sang penanya yang merupakan negara terkorup di dunia pun mengacungkan kedua jempolnya seraya berkata: “Doble like this, itu baru koruptor handal!”. Kemudian mereka pun tertawa bersama. Nah, setali tiga uang dengan joke ini, masih kita ingat bagaimana salah seorang koruptor perempuan handal Indonesia, Artalitha, dapat menyulap penjara menjadi apartemen mewah dengan cara yang sama, pada polisi yang notabene bertugas memberantas korupsi.
Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio, dari kata kerja corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan, dan menyogok, yaitu perilaku pejabat publik yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka (www.wikipedia.com). Banyak cara dan celah yang bisa dimanfaatkan untuk korupsi. Mulai dari aliran dana untuk bank yang bermasalah, perekayasaan laporan keuangan anggaran, penyogokkan, dll. Akibatnya, harta kekayaan negara hanya dinikmati oleh segelintir oknum untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Tinggallah rakyat negeri ini menderita: putus sekolah, kelaparan, tidak punya pekerjaan dan tempat tinggal. Sementara wakil rakyat yang mereka pilih sibuk mencari celah penggantian modal kampanye.
Masih banyak yang memperdebatkan peran kepemimpinan perempuan dinegeri ini. Ketika peran controversial (wakil rakyat, pejabat pemerintahan, atau pemimpin) ini dinodai dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan pemimpin perempuan, akankah semakin memojokkan posisi perempuan itu sendiri?
Jika kita perhatikan, kebanyakan koruptor bergender laki-laki. Sangat sedikit korupsi yang dilakukan oleh perempuan. Sejauh ini yang booming hanyalah Artalita dan Sri Mulyani. Dan keduanya tidak berjilbab. Penulis akan berbicara sebagai muslimah dalam konteks ini. Kenapa jilbab? Karena pakaian yang kita pilih mewakili identitas kita. Dalam blog nya seorang teman mengatakan: ”Kalo kita lagi pake gamis, cantik anggun.. duuuh bawaannya kita juga jadi lembut banget orangnya. Kalo kita lagi pake celana, pake jaket jeans, bawa motor ngebut.. duh jiwa premannya keluar, dll. Jadi memang bener, berhati-hatilah memilih pakaian, karena secara tidak langsung itulah identitas kita”.
Kenapa jilbab? Karena jilbab adalah pakaian yang diperintahkan oleh syariat dalam agama islam. Dengan memakai jilbab, kita akan berperilaku baik. Secara tidak langsung akhlak/moral kita akan terjaga. Kita akan berhati-hati dalam bertindak, karena jilbab memayungi hati kita, ada kedekatan dan rasa takut pada Allah. Konsekuensi dari mengenakan jilbab adalah pencitraan dan gerak sebagai wakil Allah, setiap yang kita lakukan mewakili cara pandang orang kepada kita sebagai seorang muslimah, ada hijab disana, yang otomatis membawa kita pada akhlak seorang muslimah. Singkat kata, jilbab menghindarkan kita dari perilaku tidak baik, terutama dosa besar seperti korupsi.
Nimat Allah kepada manusia sangat banyak, diantaranya Allah memberikan pakaian untuk menutup aurat dan pakaian keindahan untuk berdandan. Banyak istilah dalam hal pakaian ini: Al-libas adalah pakaian untuk menutup aurat yang merupakan kebutuhan pokok. Ar-riisy adalah pakaian untuk berhias atau berdandan, merupakan kebutuhan tambahan atau penyempurna. Tujuan dari pakaian tersebut adalah untuk menutupi tubuh kita agar tidak tampak auratnya dan untuk berhias saja, atau melindungi tubuh kita dari panas dan dingin. Penyempurnaan keduanya bermuara pada pakaian takwa, itulah yang paling baik. Pakaian takwa adalah untuk menutupi aurat yang tersembunyi dalam hati dan batin. Bahan atau benang pakaian takwa yang bernama ‘imsak (menahan diri)’ dari segala tindakan yang bertentangan dengan ketentuan agama akan melahirkan sikap pengendalian diri, kejujuran dan anti konsumerisme, sehingga pada gilirannya akan memunculkan gaya hidup sederhana seorang yang beriman. Intinya, harus ada yang mengontrol moral dan perilaku para pemimpin negeri ini, jilbab hanyalah sebuah perumpamaan. Karena jilbab secara lahiriah dapat mendekatkan kita pada Tuhan dan men jaga akhlak kita. Seorang muslimah yang beriman sejatinya akan menunjukkan komitmennya. Sebagiamana yang ditegaskan Allah dalam Surat Al-Haj 41: ”Orang-orang yang kami teguhkan dimuka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah lah kembali segala urusan”.
Pertama, seorang muslimah harus bersikap hati-hati terhadap hal-hal yang diharamkan dan meragukan. Hukum korupsi dalam islam adalah haram. Memakan harta yang bukan milik kita dengan konsekuensi kesengsaraan rakyat sudah pasti neraka. Kedua, seorang muslimah harus menahan pandangan. Menahan pandangan dari segala yang diharamkan Allah termasuk korupsi, karena pandangan itu menimbulkan keinginan, dan secara bertahap akan membawa pelakunya untuk melakukan dosa dan kemaksiatan. Ketiga, menjaga lidah. Muslimah yang menjaga lidahnya akan senantiasa jujur dalam berkata. Dan kejujuran akan membawa seseorang pada perbuatan yang baik, tidak menipu dan memanipulasi uang rakyat. Keempat, seorang muslimah harus memiliki sifat malu. Hakikat malu adalah suatu karakter yang menyebabkan seseorang meninggalkan keburukan, mencegahnya dari tindakan melalaikan kewajiban, atau melanggar hak orang lain. Kelima, pemaaf dan sabar. Korupsi yang sudah membudaya di Indonesia menyebabkan banyaknya godaan dan kesempatan untuk melakukan korupsi. Karena itu seorang pejabat perempuan harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk menghadapinya.
Korupsi ada karena kerusakan moral, hal ini dapat diatasi jika semua orang, terutama para pejabat tinggi negara memakai pakaian takwa yang merupakan rasa takut kepada Allah SWT. Tidak hanya perempuan, para pejabat dinegeri ini bisa memulainya dengan mengenakan jilbab kalau perlu, sebagai pengontrol keimanan dalam bentuk lahiriah, jika konsep ketakwaan ini sangat abstrak untuk diterapkan.
Seyogyanya kontrol itu hadir dari alam bawah sadar kita sendiri dengan menerapkan komitmen seorang muslim dalam jiwa kita. Terutama bagi para pemimpin perempuan dinegeri ini. Jangan sampai kepemimpinan perempuan yang masih kurang lazim dalam budaya Indonesia semakin terpuruk oleh perilaku korupsi pemimpin-pemimpin perempuan Indonesia. Karena Kartini, tidak pernah mencoreng nama baik bangsa ini.

**********
Tulisan ini di buat pada 2 Desember 2011, masa-masa dimana belum ada perempuan berjilbab (atau  belum terbiasa melihat perempuan berjilbab berkiprah di dunia perpolitikan Indonesia). Saat Saya selaku penulis kembali membaca tulisan ini pada Maret 2019, hampir 10 tahun kemudian, saya merasa tulisan ini amat sangat naif. Meskipun opini tegak lurus ini tetap mungkin terjadi di kenyataan, akan tetapi saat ini keadaan sudah jauh berbeda. Perempuan mengenakan jilbab telah membanjiri tanah Indonesia. Entah hanya sebagai seragam kerja ataukah memang dipakai karena keimanan seseorang.
Tak ayal, banyak sekali pejabat perempuan yang saat ini memakai jilbab dengan berbagai model fashion. Tetapi sayangnya, awal tahun ini bahkan seorang anggota DPRD ditangkap berombongan karena kasus korupsi. Berangkat dengan kebanggaan, pulang dijemput paksa dengan jaket orange menyelimuti. Wajah dan jilbab terpampang jelas menjadi headline media cetak online. Berjilbab sama sekali tidak ada hubungannya dengan mencegah melakukan korupsi (pada kasus ini). Meskipun ini bukanlah kesalahan "dalam mengenakan jilbab" atau "hukum islam" itu sendiri. Melainkan kesalahan si oknum koruptor yang tidak mampu menahan nafsu korupsi meskipun telah mengenakan jilbab.
Jaman berubah, manusia berubah, faktor-faktor yang saling mempengaruhi sebuah perilaku berubah. Tugas penulis dalam meneliti sebelum menulis menjadi lebih berat karena semakin banyak variabel yang butuh dipertimbangkan untuk dikonfirmasi agar opini tak hanya menjadi pandangan naif. Aniway, if i'm not naif, i can't wrote those thing ;) .

No comments:

Tak SebeNing Namamu

Ning, konon begitu namamu Itu yang kudengar dari angin yang berhembus kencang Ning, sayang nasib tak  begitu ramah menghampirimu Gentar sese...