Sunday, November 9, 2014

Sibuk Berpusing

Kepalaku pusing,
dosen keren memberikan tugas mulia,
merumuskan sistem media yang pas untuk Indonesia
ditengah kacaunya manusia
latah berkomentar saling membantah ini itu hingga tercerai
diombang-ambing informasi untuk kepentingan media massa,
keuntungan semata-mata.
Betapa bodohnya, dimana posisi eksistensi manusia kalau begitu.

Kepalaku pusing,
marilah kita runutkan dari awal.
Pasca orde baru media massa kami dicekal
setelah reformasi ia merdeka
merdeka dan merdeka terbang bebas
entah bagaimana merupa jala mencengkram semesta
perlawanan yang tertindas menjadi penindas
bukan fisik, tapi benak
mengaburkan identitas hingga tuntas
uang berkembang menjadi kuasa
berlomba-lomba menjadi pemilik media massa
berharap menjadi pemimpin negara.
untuk apa?
Berlomba-lomba menjual aset negara
uang yang  lebih besar lagi jawabannya.

Sungguh kepalaku pusing,
kesadaran ekonomi politik media massa seperti itu belum ada di masyarakat
lagipula siapa yang mau mengajarkannya?
alih-alih menyadari dan menghindar kita malah menikmati
Hollywood, K-Pop, J-Pop kita merupa
Sungguh cara terbaik bukan dengan menghindari
melainkan berkawan dan mengerti sisi positif dan negatifnya
temani anak anda nonton televisi sambil diskusi
agar ketika keluar rumah, terpapar televisi, informasi, erotisme, artis cantik
tidak lantas menjadi "ingin" dan meniru
bentuk konsep "keren" yang kuat dibenak mereka dengan tanganmu sendiri 

Tapi realita bicara kebalikkannya:
Ibu-ibu meletakkan anaknya di depan televisi supaya tidak rewel
Masyarakat pelosok ramai-ramai beli televisi sehabis panen meski makan masih ngutang
Kaum muda berlomba memakai merek idola kemudian narsis
Semua orang berkelahi dikolom komentar agar eksis
Begitu sulitkah dikehidupan sekarang untuk menjadi "terlihat"?

Berjayalah media massa mengontrol setiap sendi kehidupan kita
mengarahkan pemikiran, sikap, serta tindakan!
Semakin banyak iklan
semakin banyak yang berpihak
semakin banyak yang apatis
mana baik mana jahat tidak tahu lagi
semua fakta diputarbalikkan dengan argumen-argumen cerdas.
Jika ada lawan jangan sampai menang
sama-sama hancur itu lebih baik.
Setelah itu meluncurkan berbagai pencitraan lagi
berita korupsi hilang oleh blusukkan
bangsa ini mudah amnesia, katanya

Kepalaku makin pusing,
mana awal mana sebab
negara maju atau masyarakat cerdas
kenyataannya negara maju masyarakatnya cerdas!
Amerika dan Inggris tak pedulikan moral
undang-undang berpihak pada uang
tetapi aturan pasar ditetapkan
masyarakat cerdas membawa kontestasi media berlomba berkualitas
masyarakat menuntut keberpihakkan moral dalam UU.
Warga China dan Malaysia merasa terkekang
negara mengendalikan pers
tetapi warga dengan nyaman menyatakan keberpihakkan pada stabilitas yang dijaga.
Jepang dan Korea menolak dan membangun sendiri teknologi dan budaya
budaya dijaga, diwariskan dengan bangga, hingga kemudian mendunia.
Finlandia dan Denmark tak peduli uang,
media massa dipandang sebagai institusi sosial
mencerdaskan masyarakat fungsi utama
tidak muluk menjadi watch dog yang bangga kebablasan
subsidi negara untuk media massa
Ah, negeri ini hanya butuh bersikap!

Betapa pusingnya,
mana yang cocok diterapkan di Indonesia?
Praktek liberalnya mengalahkan negara liberal atas nama demokrasi
undang-undang mudah saja dikalahkan oleh uang.
Mau dibuat liberal sekalian,
tidak cocok dengan akar karakter bangsa
masih banyak manusia yang tidak melek huruf
apatah lagi melek media
hei, listrik saja mereka tidak punya.
Maka media massa harus bersikap sosial untuk mendidik.
Lagipula, liberal atau sosialis semua akan tetap protes
semua berbicara
lagi-lagi atas nama demokrasi
ternyata bangsa ini tidak mengerti apa maunya sendiri.
Atau hanya sekadar latah?

(Sudahlah, jangan pusing-pusing!)
Tetapi sungguh semua pilihan memuat konsekuensi
Konsekuensi yang harus disadari dan ditanggung bersama seperti negara-negara maju saja
Tinggal konsisten dengan niat baik dan bertahan
Tapi siapa?
Siapa pemimpin negeri ini yang berniat memperbaiki bangsa...

***

sampai di titik ini, tentu kita tidak boleh putus asa.
ya, kita hanya tidak boleh putus asa
meski kenyataan bicara berbeda..
karena kita tidak akan berpusing disini saja.

Kos PS_081114, 11:31 WIBnya Sleman :)

Sunday, May 25, 2014

Tips Mencapai Mimpi Kuliah di Luar Negeri

Saat ini aku sedang berkuliah di Universitas Gajah Mada, Prodi Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM. Seperti yang kemarin sempat kudiskusikan dengan beberapa teman, salah satu keuntungan kuliah di universitas yang berkelas internasional (ga pake data nih :p) adalah lebih terbukanya berbagai kesempatan untuk tahu dan mengikuti berbagai kegiatan yang juga bertaraf internasional. Bukan sesuatu yang sulit menemui tokoh nasional di UGM, dan Jogja. Para pembicara dan tokoh yang biasanya hanya bisa dilihat di televisi. Apalagi saat penempatan sebagai guru model SGI Dompet Dhuafa di Kab. Dompu, NTB. Dunia terlihat sangat tidak memihak, tidak mungkin rasanya bisa bertemu pembicara nasional disana. 
Salah satunya kemarin saat tanpa sengaja aku menghadiri "European Week" di kampusku. Setelah mengurus keperluan pembuatan LOA di DAA, aku mampir sebentar ke selasar barat FISIPOL untuk melihat stand-stand beasiswa dari negara-negara di Eropa. Karena sedang jam istirahat, tidak ada yang berjaga di stand yang ingin kudatangi. Kemudian aku menunggu hingga jam satu tiba. Tidak lama kemudian di depanku terjadi antrian yang tidak terlalu panjang jika dibandingkan dengan antrian tiket bioskop (apalagi tiket konser dan bola :p). Karena penasaran, kudatangi antrian itu dan bertanya pada salah seorang petugas: "Mbak ini ada acara apa ya?" Mbak-mbak panitia berbaju hitam menjawab: "Talk show beasiswa mbak, salah satu pembicaranya penulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa. Menarik juga pikirku dalam hati.  Ketika si mbak panitia menawari untuk mendaftar dan menjanjikan seminar kit, akhirnya kutulis nama dan CP di lembar pendaftaran. Jadilah, sambil menunggu pembicara yang ternyata datang agak terlambat, dan stand yang tidak kunjung buka, aku berkeliling ke stand-stand lainnya. Kebanyakan stand adalah komunitas atau lembaga untuk mempersiapkan diri belajar di luar negeri. Salah satunya adalah Pusat Studi Jerman, yang gedungnya terletak tidak jauh dari FISIPOL. Kantor-kantor pusat studi bahasa UGM memang terpusat disana. Mereka menyediakan kursus bahasa dan informasi serta link alumni yang telah berkuliah di negara-negara tersebut. Ada juga stand Skandinavia. Ternyata ini adalah salah satu UKM di FISIPOL UGM yang fokusnya mempelajari tentang negara-negara Skandinavia. Ketika kutanya apa hebatnya Skandinavia, mereka yang menceritakan sistem demokrasi dan budaya yang patut dicontoh oleh Indonesia. Ke-kepo-anku tidak berhenti sampai disitu, he he. Ketika kutanya, apakah ada yang membimbing ketika mereka melakukan diskusi tentang apapun mengenai Skandinavia, mereka menyebutkan seorang dosen yang pernah berkuliah disana. Maka aku berkesimpulan bahwa mungkin ini adalah program para alumni dari Skandinavia, bisa jadi sebagai tindak lanjut atas beasiswa yang mereka dapatkan disana. Su'udzon ini akhirnya berkesimpulan bahwa mereka diberi beasiswa agar menyebarkan perihal Skandinavia ke sekelilingnya. Country branding atau apalah namanya, ha ha.
Akhirnya acara talk show dimulai juga. Ada tiga pembicara. Pertama, Pak Muhadi, Dosen HI UGM yang sudah sering bolak-balik ke Eropa. Kedua, Mas Rangga, suami dari Hanum Rais, penulis kedua buku 99 Cahaya di Langit Eropa. Ketiga, Mbak Inti dari Nuffic Neso, salah satu lembaga pemberi beasiswa ke Belanda. Lengkap sudah, pemaparan dan diskusi berlangsung seru. Langsung saja tak report ringkasannya ya, berikut adalah tips-tips untuk mencapai mimpi kuliah di luar negeri:


  1. Tetapkan dimana "PASSION" keilmuan kita. Point ini sangat ditekankan oleh Mbak Inti, pembicara ketiga. Kenapa? Penjelasannya

Friday, May 16, 2014

BOSAN

Well, aku sedang bosan, atau lebih tepatnya tidak terkendali. mengendalikan rasa bosan. untuk satu pemahaman saat ini dibutuhkan teknis: menerjemahkan, menyimpulkan per kalimat, lalu per paragraf (sampai tahap ini aku oke), lalu keseluruhan bacaan. Kemudian resum, kemudian review. Kemudian membandingkannya, benar atau salah. Untuk resume, bagian mana yang dianggap penting dan tidak penting? mana point-pointnya. Untuk review, butuh pengetahuan lain sebagai pembanding, dari mana dapatnya? Cari sendiri, kemudian lalukan proses dari awal menerjemah lagi. bukan hanya teorinya tentu saja, tapi juga metodologi, konsistensi tujuan penulisan, serta aspek-aspek lainnya. Setelah itu, belum tentu yang kau ambil sebagai pembanding ini tepat. Paradigmanya, titik tekannya, dari mana asalnya, sesuaikah?! Lalu, dari mana sebenarnya aku harus mulai...
Aku sedang bosan...
Hanya sedang bosan...

Kamar kos, 16 Mei 2014; 1:43 siang...

Saturday, January 18, 2014

KRPH 18 Januari ( Kondisi Palestina Saat Ini)

KRPH adalah kajian islami rutin di Masjid Mardliyah yang diadakan oleh mahasiswa UGM, lokasi masjidnya sendiri berada di kompleks kampus kedokteran UGM. Ini adalah ringkasan catatan kajian pada tanggal 18 Januasi 2014 sewaktu saya S2 di UGM :)

  1. Seharusnya para pemuda Indonesia bersifat seperti apa sekarang: Rasulullah di caci, di fitnah, tetapi merawat pengemis itu. Rasulullah berdakwah dengan totalitas, keteladanan, dalam Al-Quran. Generasi muslim harus canggih dan kuat, ini teori dasar kekuatan militer. Para pemuda saat ini harusnya berbagi peran, saat ini. Rata disemua bidang. Setidaknya dari kluarga sendiri, adalah keluarga muslim yang sehat dan kuat, dengan karakter-karakter sahabat. Teknologi, berorganisasi, menjadi sesuatu yang mutlak untuk dikuasai oleh para pemuda saat ini.
  2. Pengertian syahid: Konsep amal ditrima: niat ikhlas pada Allah dan amal sesuai contoh/panduan. Kasus palestina adalah kehidupan dr waktu ke waktu terus berjuang. Karena mereka digiring ke kehidupan yang tidak layak, tanah yg tidak subur, listrik bergantung pada Israel, sepanjang waktu berperang. Karena itu mereka yang ketika ada dipasar dan dibom, dikatakan syahid. Air diracuni, listrik dimatikan begitu lama saat musim dingin. Makanan sulit, sampai dibuat seperti pengemis pada Israel.
Palestina adalah gambaran ketidakadilan dunia yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan tidak pernah berhenti berusaha dalam menjalani hidup. Demikian cara Allah mendidik kita untuk belajar dari yang dialami oleh orang lain. Masyallah tabarakallah... Mari selalu doakan mereka yang sedang mengalami ketidakadilan... 

Tak SebeNing Namamu

Ning, konon begitu namamu Itu yang kudengar dari angin yang berhembus kencang Ning, sayang nasib tak  begitu ramah menghampirimu Gentar sese...