I
Kau bau hujan.
Berapa hari tak pulang kau bau hujan
Sebenarnya apa perolehanmu disana
Kenapa kehadiranmu kini menghadirkan mendung di setiap hati
Aku mencium bau hujan tidak hanya dari wajahmu
Rambutmu menyebarkan aroma gerimis
Tanganmu menyebabkan hujan angin
Dan kakimu, menghembuskan hujan badai
Jangan! Sepatah katapun jangan bicara
Jangan kau coba membuka bibir itu
Karena aku tak bisa menebak hujan apa yang akan menyembur dari sana
Karena aku, pun dirimu, tak akan bisa mengatasi apapun yang keluar dari sana
II
Dan setelah pelajaran hujan itu
Hanya sebentar saja kau menjadi pahlawan
Dalam sekejap kau menjadi relawan
Dan sekejap pula kau menjadi nelayan
Hingga arus tak bisa kau lawan
Dan setelah pelajaran hujan itu
Kau jadi menikmati permainan
III
Kau bau hujan.
Ketika mentari mencapai ubun-ubun kemarau
Banjir kami telah asin bercampur air mata
Dan yang bisa membuatmu hilang adalah awan
Kusiapkan segala bekal;
Bergegaslah! Langit telah mengosongkan segala isinya.
Palembang, 140211)
Tuesday, March 22, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tak SebeNing Namamu
Ning, konon begitu namamu Itu yang kudengar dari angin yang berhembus kencang Ning, sayang nasib tak begitu ramah menghampirimu Gentar sese...
-
Kita adalah Lumpur Yang muncul pelan – pelan mengganas Menghitamkan seluruh Mulai dari pinggir hingga ke jalan tol Ini bukan prosa yang dipe...
-
Kenapa perempuan harus didominasi oleh perasaan? Kenapa kejujuran kadang tidak menyenangkan? Kenapa saat ada yang menyadarkan kembali pad...
-
Siapakah kita di dunia ini? Pertanyaan ini sering kali dilontarkan ketika eksistensi kita dipertanyakan. Terkadang kita ragu dengan diri ki...
No comments:
Post a Comment