Dara membaca sms yang baru saja masuk di ponselnya. Dari nama di layar dia sudah tau apa kira-kira isi dari sms itu. Sebuah taujih. Yang terkadang panjangnya bisa mencapai 5 halaman. Jika tidak sedang dalam keadaan lelah atau terburu-buru, akan dibaca dengan teliti. Mencoba mengerti maksud taujih itu. Terutama maksud si pengirim setelah memaparkan beberapa ayat alquran, hadist, atau pendapat orang bijak. Saat inilah, berbagai prasangka akan muncul di hati dara.
Selanjutnya, prasangka ini akan diolah otaknya secara spontan. Membuahkan pikiran-pikiran yang positif, setelah berkali-kali menganulir pikiran-pikiran negatif yang muncul. Dara mensugesti, mencoba berhusnudzan, dan mengafirmasi diri sendiri. Mau tidak mau akan ada pemikiran: "kenapa orang ini mengirimi saya taujih seperti ini? Apakah saya telah melakukan perbuatan jelek yang mengakibatkan taujih itu muncul?".
Pertanyaan ini akan muncul terutama pada orang yang belum terlalu dikenal dara. Jika terhadap orang yang dikenal, maka dara akan bersikap positif, apalagi jika tidak ada kejadian menyangkut dirinya tentang taujih itu. Atau juga karena dara sudah mengenal tabiat, watak, serta pemikiran si pengirim taujih. Maka dara hanya membaca sekilas, menunda untuk membaca, atau langsung mengirimkan feedback positif secara singkat jika mood nya sedang baik. Sama sekali tidak ada pertanyaan yang mengganjal.
Dalam benak dara, taujih yang sering diterimanya melalui sms adalah sesuatu yang baik. Tetapi tetap saja, terkadang dara enggan membaca sms-sms itu. Panjang halaman sms, pemilihan kata, dan prolog yang menjemukan menjadi nominator utama penyebabnya. Terkadang dara malah terjebak. Memaksa diri membaca taujih tersebut karena khawatir dirinya tidak bersyukur. Masih banyak orang yang memperhatikannya dengan mengirim taujih-taujih itu. Dalam keadaan ini dara akan membaca sms secara terburu-buru tanpa mengerti maknanya.
Tetapi dara juga tidak memungkiri bahwa terkadang dia juga mempunyai keinginan membagi hikmah yang didapatnya melalui sms taujih. Tetapi karena kasus penerimaan taujih yang terjadi pada dirinya, dara menjadi sangat jarang melakukannya. Ketika berkesempatan, dara akan mengemas sms taujihnya, dengan semenarik, sesingkat, dan seefektif mungkin untuk dimengerti dan dibaca. Di luar segala bentuk penerimaan negatif dara terhadap faktor fisik dan isi sebuah sms taujih, dalam benak dara sms taujih tetaplah positif. Meskipun Ia khawatir, bahwa jumlah taujih yang masuk ke-HP-nya yang semakin banyak dapat menyebabkan overload hingga rusaknya HP.